Suatu hari dimasa lalu, saya pernah menasehati seorang teman, lebih muda beberapa tahun usianya dari sya. Ia terbelit masalah kuliah, yg menunda harapannya ntuk segera wisuda. Lalu ia mendapat ajakan berbisnis, dan memutuskan cuti kuliah sementara. Ku katakan padanya,"jangan bisnis jd pelarian, itu pintu yg punya dua cabang, bisa membawa hikmah kebahagiaan atau perantara musibah yg lebih berat ketimbang persoalan kuliah." Sang teman tetap bertahan, dan waktu akhirnya membuktikan ia telah salah mengambil keputusan.
Sosok lain yg akan kita bahas, antasari azhar sebenarnya tdk keliru ketika
memilih masuk dan memimpin KPK. Ia kredibel,kapabel dan punya pengalaman.
Mantan kapolri (jend.purn.Rusdiharjo) bisa dihukum penjara karena terbukti
terlibat pungli dimalaysia, besan presiden SBY ditahan jg karena penyalahgunaan
jabatannya di bank indonesia, menghukum 'org besar' itu bukan persoalan mudah
dan sederhana, hanya org2 berintegritas yg berani melakukannya.
Jabatan ketua KPK memang memiliki resiko tinggi, mulai dari godaan uang,
bujukan, santet sampai ancaman mati. Hingga suatu waktu tibalah antasari pada
sebuah drama kehidupan yg mungkin diluar prediksinya, ia terseret kasus
pembunuhan dgn latar belakang cinta segi tiga pada seorang wanita, rani juliani
namanya.
Kasus antarasi ini bagi saya hampir serupa dgn kasus bibit-candra, jauh lebih
menarik ntuk dikaji ketimbang kasus century misalnya, karena banyaknya misteri
yg masih rapat tersembunyi. Keduanya punya tipikal kasus yg sama, kental aroma
rekayasa.
Saya percaya antasari punya konflik dgn nasrudin, lalu ada pihak ketiga yg
melihat peluang ntuk ber'main' dan mengambil kesempatan. Pihak ketiga ini
lantas menjebak nasrudin disatu sisi, dan disisi lain membuat jebakan berbeda
bagi antasari. Pada akhirnya kedua org ini benar2 sukses dikalahkan dan
dikorbankan, sementara pihak ketigalah yg tertawa sepuasnya, menari diatas
luka.
Nasrudin tewas dan takkan mampu lagi bercerita, nasib antasari pun tak lebih
baik, karirnya berakhir dipenjara dalam hitungan tahun yg amat lama.
Sy tak punya simpati untuk nasrudin, mengingat beberapa track recordnya yg
buruk dalam pandangan saya..sebaliknya rasa iba dan simpati pantas diberikan
bagi antasari atas segala kisah tragisnya. Ia memang bersalah turut
merencanakan pembunuhan, tp pembunuhan yg terjadi bukan realisasi dr apa yg
semula direncanakannya..saya menduga, pembunuhan itu adalah bagian dari rencana
pihak ketiga. Siapa dia pihak ketiga ? Kita bisa menerka berdasar analisa, tp
tanpa memiliki alat bukti, apalah jadinya..
Rumit..sama peliknya dgn kasus pembunuhan aktifis munir. Sang pilot senior,
pollycarpus yg menjadi terdakwa, dihukum 20 thn penjara, tp org yg punya kepentingan
(aktor intelektualnya), malah bebas melenggang.
Pembunuhan munir bukanlah insiden kecelakaan, itu adalah pembunuhan yg memang
direncanakan, penggunaan racun arsenik jg bukanlah pilihan bagi para pembunuh
amatiran, ia hanya ada dalam gagasan pembunuh profesional.
Sementara, pembunuhan nasrudin tak ubahnya kasus pembunuhan berencana oleh
tommy soeharto cs pada seorang hakim agung, sama sekali dgn cara tak brilyan
dan mudah diungkap. Aneh memang, padahal dlm kasus nasrudin ada kombes
williardi wizard, kabarnya sdh hampir bintang satu, peraih adimakayasa yg
pernah memimpin polres berkategori grade A. Ide yg ganjil menyewa jasa pembunuh
bayaran diibukota dari kelompok preman yg identitas dan sepak terjangnya telah
dikenal baik oleh polisi dijakarta. Hal yg konyol pula bagi antasari membunuh
seseorang yg perseteruannya telah dilaporkan pada kapolri, termasuk 'kebodohan'
sigit haryo merekam pembicaraan tentang skenario pembunuhan.
Di pengadilan kasus munir, sebenarnya telah ditemukan motif pembunuhannya,
hanya saja hakim tak bisa menghukum sembarang org cuma berlandaskan keyakinan
tanpa alat bukti yg menguatkan.
Pada akhirnya, kita percaya, pengadilan yg dibuat manusia dapat leluasa
diperdaya dgn berbagai cara dan rekayasa, tp takkan ada yg kuasa menghalangi
tegaknya pengadilan Tuhan diakhirat kelak..saat yg salah mendapatkan hukuman,
dan yg benar memperoleh kemenangan.wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar