MEMILIH JUDUL & JENIS PENELITIAN PENDIDIKAN


Ainul Huda Afandi

Skripsi adalah karya ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa strata 1 sebagai hasil penelitian dan atau pengkajian ilmiah terhadap suatu obyek yang berkaitan dengan bidang ilmunya pada akhir program studi sebagai salah satu persyaratan penyelesaian program studi untuk mencapai gelar kesarjanaan. Tujuan adanya tugas menyusun skripsi adalah memberikan pemahaman dan kecakapan teoretis-praktis terhadap mahasiswa agar dapat berpikir secara logis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan serta dapat menuangkannya melalui tulisan secara sistematis dan terstruktur.
Umumnya, bagi mayoritas mahasiswa S-1, menyusun skripsi adalah pengalaman formal pertama menulis karya ilmiah. Dikatakan formal, karena skripsi merupakan bagian kegiatan akademis  yang hasilnya diakui secara resmi sebagai karya ilmiah oleh negara (dalam hal ini diwakili perguruan tinggi). Mengingat skripsi adalah pengalaman pertama, maka dalam proses dan hasilnya masih penuh dengan toleransi kesalahan, baik berupa kesalahan pengetikan maupun kelemahan dalam menyajikan data dan analisis pembuktian, serta membuat kesimpulan.
Tantangan pertama ketika mahasiswa memutuskan mengambil tugas penyusunan skripsi adalah mengajukan judul penelitian. Mahasiswa tentu saja bebas memilih dan memilah judul yang dikehendakinya, namun persoalannya tidak setiap judul yang diajukan akan terima pejabat kampus yang berwenang. Setidaknya ada 4 hal yang menjadi pertimbangan diterima atau ditolaknya suatu judul penelitian: (1) orisinilitas objek yang diteliti. Hal ini untuk menghindari terjadinya duplikasi penelitian terdahulu atau mencegah terjadinya pengulangan penelitian yang tidak perlu, khususnya pada penelitian dengan pendekatan kuantitatif yang bersifat menguji suatu hipotesis. (2) Relevan dan memiliki daya tarik. Topik yang diteliti sebaiknya  memiliki daya tarik, tidak saja bagi calon peneliti, namun juga bagi orang-orang yang berkepentingan terhadap hasil penelitian. (3) Manfaat. Setiap skripsi yang dibuat oleh mahasiswa seyogyanya mengandung manfaat teoretis dan manfaat praktis. (4) Sesuai dgn disiplin ilmu. Mahasiswa jurusan Pendidikan Fisika tentu saja mengkaji dan meneliti suatu topik permasalahan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang menjadi keahliannya. (5) Sesuai fakta dan realita di lapangan. Idealnya judul penelitian diambil sesuai fenomena atau fakta yang dijumpai, bukan berangkat dari teori-teori dari buku. Artinya, peneliti perlu mengadakan survey pendahuluan untuk mengidentifikasi suatu permasalahan. Selama ini, banyak mahasiswa yang mencari-cari judul dari buku dan diolah menjadi judul penelitian.Sebenarnya cara seperti ini sah-sah saja, namun persoalannya mahasiswa tersebut akan kesulitan menemukan lokasi penelitian yang cocok dan sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Untuk itu, pihak perguruan tinggi yang berwenang menerima atau menolak suatu judul tentunya harus cermat dalam memeriksa judul yang diajukan mahasiswa, terutama penelitian lapangan untuk mencegah terjadinya manipulasi data dan fakta. (6) Dapat diteliti. Misalnya bila mahasiswa mengajukan judul pendekatan pembelajaran, maka sebaiknya diperinci dan dipertegas lagi, karena pendekatan pembelajaran masih bersifat umum. Objek yang diteliti juga harus dapat diukur dan ditentukan indikatornya. (7) Tidak terlalu banyak menyita waktu, tenaga dan biaya untuk menelitinya. Umumnya mahasiswa dibatasi waktu penyusunan skripsi paling lama 1 tahun, maka objek yang diteliti hendaknya tidak memerlukan waktu penelitian melebihi durasi waktu yang paling rasional. (8) Kemampuan mahasiswa. Suatu judul yang bagus bukan berarti otomatis dapat diterima jika mahasiswa yang akan meneliti tidak cukup meyakinkan sanggup menelitinya.
Ketika menyusun judul penelitian, banyak mahasiswa yang kebingungan menentukan jenis penelitian. Hal ini tentu terkait dengan kelemahan pondasi metodologis tentang penelitian.  Sekalipun cukup banyak buku yang menulis teori metodologi penelitian, namun umumnya tidak memaparkan secara rinci dan tegas bagaimana cara termudah bagi peneliti menyesuaikan dan menentukan jenis  dan pendekatan penelitiannya. Termasuk pula tentang kualitatif atau kuantitatif. Bila pertanyaannya lebih baik mana, penelitian kualitatif atau penelitian kuantitatif? Maka jawabannya, bergantung seberapa besar manfaat yang bisa digali dari hasil penelitian. Dari sisi tingkat kesulitan, penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang relatif mudah untuk dikerjakan (apalagi saat ini mahasiswa cukup menggunakan software perhitungan statistik, seperti SPSS) dibandingkan penelitian kualitatif. Perhitungan manual sudah banyak ditinggalkan karena skripsi memang bukan wahana latihan belajar statistik, namun lebih bersifat praktis dan mengandung tujuan ilmiah tertentu.
Dari segi hasil, penelitian kuantitatif cenderung ‘membosankan’, proses analisis datanya lebih mudah dimanipulasikan karena banyak mahasiswa memilih hasil yang paling aman dan tidak berpotensi mengundang pertanyaan pada waktu ujian skripsi. Misalnya, ketika skripsi mahasiswa menguji hipotesis tentang pengaruh atau korelasi, umumnya hasil yang ditemukan nyaris selalu “ada pengaruh dan korelasi”, walaupun bila dilakukan kajian yang lebih mendalam hasilnya boleh jadi berbeda. Ini dimungkinkan bila dosen pembimbing tidak mengontrol dan mengawasi secara langsung proses uji instrumen maupun pada saat instrumen tersebut digunakan. Tidak sedikit terjadi manipulasi data dengan berbagai modus dan cara. Sisi kurang menarik lainnya, penelitian kuantitatif adalah aktivitas peneliti menyusun karya ilmiah yang sebagian besar waktunya berada dibalik komputer.
Penelitian kuantitatif dengan rancangan eksperimen dimulai dengan teori dan hipotesis. Peneliti menggunakan teknik manipulasi dan mengkontrol variabel melalui instrumen formal untuk melihat interaksi kausalitas. Namun, untuk penelitian asosiatif, peneliti harus memperhitungkan aspek subjek penelitian untuk menguji suatu hipotesis. Artinya, penelitian berangkat dari lapangan, lalui disesuaikan dengan teori, lalu disusun suatu hipotesis. Pada bentuk penelitian ini, justru harus dihindarkan teknik manipulasi dan mengkontrol variabel, biarkan saja objek yang diteliti menjalani aktivitas seperti biasanya. Untuk membedakan dua tipe ini, kembali pada tujuan penelitian. Apakah penelitian dimaksudkan untuk menguji pengaruh variabel X terhadap Y dengan ‘meminjam’ suatu objek penelitian untuk dikontrol dan diberikan treatmen (perlakuan) tertentu atau penelitian yang dilakukan ditujukan untuk mengetahui dampak penerapan yang telah ada secara faktual dan kemudian dianalisa secara kuantitatif. Salah satu ciri untuk menjelaskan dua tipe penelitian kuantitatif adalah mencantumkan jenis penelitian pada judul skripsi bila penelitian yang dilakukan menggunakan teknik manipulasi dan mengkontrol variabel, misalnya: pengaruh metode …terhadap … (penelitian eksperimen pada siswa kelas ….).
Penelitian kualitatif tidak memerlukan hipotesis, justru kadang-kadang diakhiri dengan hipotesis. Bila dalam penelitian kuantitatif, peneliti secara ideal berlaku sebagai observer subyek penelitian yang tidak terpengaruh dan memihak (obyektif), namun pada penelitian kualitatif, walaupun informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif, namun sudut pandang penilaian terhadap suatu data/informasi merupakan subjektivitas peneliti.
Pemilihan pendekatan kuantitatif atau kualitatif didasarkan pada bentuk penyajian hasil penelitian, bukan isi skripsi secara keseluruhan, sebab pada dasarnya skripsi umumnya tidak bebas dari perpaduan data kualitatif dan kuantitatif. Pemilihan dua pendekatan ini lebih dasarkan pada pada data penelitian apa yang akan dianalisa, dengan teknik apa menganalisanya dan seperti apa cara memaparkan hasil penelitian. Jika data yang akan dianalisa merupakan data kuantitatif (misalnya hasil angket), lalu diolah dengan rumus-rumus statistik dan disimpulkan secara matematis, maka pendekatan penelitiannya adalah kuantitatif. Demikian pula penelitian kualitatif, jika data yang diperoleh merupakan data kualitatif, atau data kuantitatif yang ingin dimaknai secara kualitatif, lalu diolah dan dijabarkan secara deskriptif maka dapat dinyatakan penelitiannya merupakan penelitian kualitatif.
Bolehkah memadukan penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif sekaligus dalam satu karya ilmiah seperti skripsi. Menurut penulis, idealnya memang begitu, sehingga produk yang dihasilkan suatu karya ilmiah dapat komrehensif dan menyeluruh. Misalnya, ketika hasil penelitian menyatakan ada pengaruh, maka dapat sekaligus pula dijabarkan apa saja faktor yang menyebabkan suatu variabel mempengaruhi variabel yang lain. Kondisi spesifik apa saja yang memberikan keuntungan sehingga suatu variabel dapat berlaku secara efektif sehingga memberikan dampak-dampak tertentu.
Namun, dalam tataran penugasan skripsi, model campuran seperti ini tentu saja menyulitkan dan cenderung memberatkan. Mahasiswa akan kesulitan untuk fokus terhadap objek yang diteliti, sehingga sebaiknya memang memilih salah satu pendekatan saja. Hal-hal yang dapat diteliti khususnya dalam dunia pendidikan cukup banyak, mulai dari penerapan model pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, taktik pembelajaran, media pembelajaran, perangkat pembelajaran, pengelolaan kelas, penataan kelas, kepribadian guru, kompetensi guru, profesionalisme guru, kedisiplinan, motivasi mengajar guru, motivasi belajar siswa, prestasi belajar, minat belajar, konsentrasi belajar, sumber-sumber belajar, kantin, koperasi sekolah, perpustakaan, letak geografis sekolah, lingkungan, dan sebagainya.

2 komentar:

  1. Nice Post Sangat Membantu Jangan Lupa Kunjungi Blog Saya
    http://contohbimbinganskripsi.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. Terimakasih, Artikel ny sngt membantu..😊😊

    BalasHapus