TOKOH HERO BERNAMA SOEHARTO (BAG.II)

Bagaimana dengan gaya kepemimpinannya yang  otoriter, sentralistik dan sarat KKN ? Pak Harto dibesarkan dengan pengalaman, dan pengalaman itu dipelajari betul oleh Pak Harto. Saya masih ingat istilah yang sering betul digunakan oleh Pak Harto, 

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.Ia tahu sepenuhnya betapa besar Negara Indonesia, dan betapa rentannya potensi perpecahan, ia sadar dizaman Bung Karno tidak henti2nya muncul gerakan separatis, dan diusia Indonesia yang muda, hanya satu gaya kepemimpinan yang cocok, otoriter dan sentralistik berbasis pada NKRI.Tidak boleh ada sedikitpun gerakan yang ke-kiri2-an, menyimpang atau radikal (kayak ahmadiyah, FPI, lemkari dan sejenisnya udah pasti diberangus, dan karenanya jangankan bom, granat meledak aja adalah peristiwa langka).Komunisme didengungkan sebagai laten no 1, dikenalkan mulai sejak SMP dengan penataran P4. Hanya boleh ada 3 partai, yang dibesarkan hanya Golkar, karena bila partai sama-sama besar maka yang terjadi adalah instabilitas.Harus kita akui patriotisme dan nasionalisme bangsa Indonesia hanya tertanam kuat dimasa Bung Karno dan Pak Harto.Jangankan pancasila, UUD saja kita hafal. Pramuka kegiatan yang amat digemari, tema acara di TVRI banyak menampilkan acara kerakyatan, kelompencapir, musabaqah, temu wicara, banyak lagi yang kini tinggal kenangan.


Banyak hal yang dibisa dipelajari pada diri dan kepemimpinan Soeharto sepanjang kita menilai dengan jernih, tanpa terpengaruh penilaian dan pencitraan yang dibuat orang lain. Apa Pak Harto isinya Cuma baik aja ? ya ngga’ lah, seperti istilah Gus Dur “Dosanya banyak sekali”, ingat, bahwa yang dikenang dan diperingati orang dari G30S adalah gugurnya 7 pahlawan revolusi. Tapi tewasnya setengah juta (bahkan ada yang bilang sampai 3 juta) nyawa pengurus dan simpatisan PKI nyaris tidak mendapatkan simpati dan publikasi.Setidaknya setengah juta nyawa melayang, bukan jumlah sedikit, dan mereka tewas kebanyakan tanpa proses hokum yang memadai. Dihabisi secara missal, massif dan sistematis. Ini semestinya diketahui oleh Soeharto, diketahui pula oleh Amerika (Amerika sih oke2 aja, la yang dibantai rival). Tindakan ini sebagian termasuk kejahatan kemanusiaan, dan seyogyanya Soeharto turut bertanggungjawab.Soeharto memilih pola kepemimpinan yang otoriter dan sentralistik lebih banyak dimaksudkan untuk kepentingan menjaga NKRI, kita boleh bicara demokrasi seperti yang terjadi sekarang, tapi bila demokrasi ala reformasi sekarang kita terapkan 30-40 tahun lalu, bubar Negara ini.Efek negative dari pemerintahan yang otoriter dan sentralistik adalah KKN.Pak Harto gagal mengatasi persoalan ini karena melibatkan teman dekat, pejabat bahkan keluarga sendiri. Sebagai seorang bapak, Pak Harto memiliki karakter yang terlalu kuat dan berkharisma, itu cenderung membuat anaknya menjadi pribadi2 yang lemah…ah, wes kesel,,ngantuk (nulis iki jam 3 wengi, lhoo..)

oleh Ainul Huda Afandi pada 28 September 2010 pukul 14:15 (catatan facebook)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar