KIYAI


oleh Ainul Huda Afandi pada 24 Januari 2011 jam 18:52

Hari ini, ada kabar duka datang dr tanah jawa, KH. Abdurrahman Khudhori, salah satu ulama besar telah tiada. Smoga Allah senantiasa menganugerahkan kemuliaan pd beliau. Smoga keberkahan ilmu dapat dirasakan siapapun yg pernah berguru dan mengaji pd almarhum. Saya memang belum pernah sowan dan tidak mengenal beliau secara pribadi, tp meninggalnya tokoh 'alim dimanapun slalu memberi rasa duka dan kehilangan.

Dimasa lalu, "Kiyai" dalam ranah kehidupan beragama umat islam di indonesia memiliki posisi yg istimewa. Kiyai dipercaya sebagai penerus kiprah para pionir dakwah islam, belakangan memperoleh julukan penghormatan yg demikian tinggi, wali songo.

Ada sedikit perbedaan antara istilah ulama dan kiyai. Perbedaannya, setiap kiyai pastilah ulama, namun (dalm konteks keindonesiaan), tidak setiap ulama 'patut' di anugerahi 'gelar' kiyai. Sebutan kiyai lebih ditujukan pada seorang tokoh yg mengasuh pesantren sebagai tempat kaderisasi calon ulama, membuka pengajian bg masyarakat umum serta memimpin kegiatan keagamaan masyarakat di tempatnya tinggal. Begitulah tradisi yg ditinggalkan oleh walisongo.

Seiring perkembangan zaman, terjadi pergeseran pemahaman dlm memaknai sakralitas sebutan 'kiyai'. Kini siapapun bs mencitrakan dirinya adlah kiyai. Tanpa ilmu yg memadai, namun mampu mendirikan pesantren yg megah misalnya, jadilah dirinya di kenal sebagai kiyai. Seorang penceramah kondang tanpa punya pesantren boleh saja dipanggil org pak kiyai..media massa jg bs dimanfaatkan seseorang untuk mempromosikan gelar kiyai agar melekat pada dirinya.

Hingga, ketika muncul beberapa kasus2 tertentu, pelecehan seks, penipuan atau prilaku memalukan lainnya, kerap menimbulkan opini miring bg orang awam terhadap figur kiyai. Tapi mau tak mau inilah perkembangan zaman, kita tak bs mengatur atau melarang seseorang meng-aku-kan dirinya sebagai kiyai, karna kiyai memang bukanlah gelar formal dan tak ada SK-nya.

Namun demikian, kita bersyukur masih cukup banyak kiyai yg benar2 pantas memperoleh sebutan kiyai, menjd ulama yg alim dan luas ilmu agamanya, besar ghirah mengajarnya, dan prilaku kesehariannya menjd teladan bg kita semua. Beliau akan menjd penunjuk jalan bg kita untuk tetap berpijak pada syariat islam yg dibawa oleh Rosulullah.

Pada ulama kita menaruh harapan agar arah beragama kita tidak melenceng dan sesat. Sebab salah dalam meyakini dan menjalani syariat agama, resikonya adalah tersesat di akhirat. Kehidupan padang mahsyar adalah situasi yg sulit dan membingungkan, kita memerlukan ulama2 yg terpercaya yg akan membimbing kita menuju posisi dimana Rosulullah berada, ditempat Rosulullah memberikan syafaatnya.

Itulah mengapa, agama menekankan dlm menuntut ilmu (terutama ilmu agama), bersandarlah pada sosok guru, sebab proses pencarian secara mandiri (seperti yg banyak dilakukan sejumlah intelektual muda yg belajar mengenal agama dr buku semata), berpotensi terjadi kesalahpahaman dan keliru menginterpretasikan ajaran agama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar