BLUNDER


Saya tak punya riwayat penyakit mumet, tapi informasi yg disampaikan salah seorang kawan lama seketika membuat kepala saya pusing berdenyut2. Berita itu cukup membuat sy shock..

Ceritanya tentang pengurus yayasan sebuah pesantren disatu kota yg ditetapkan sbagai tersangka kasus penyalahgunaan dana bantuan pemerintah. Saya pernah beberapa tahun mondok di pesantren itu, karenanya wajar jika secara emosional masih tersisa kenangan dan kecintaan terhadap almamamater tersebut. Pikiran sy dipenuhi bayangan memprihatinkan tentang efek proses hukum persidangan nantinya, ancaman penjara, tuntutan ganti rugi yg luar biasa besar untuk ukuran org biasa dan bagaimana memulihkan citra dan nama baik pesantren.

Saya tak ingin menceritakan kasus ini terlalu detail, pertama karena sy memang tidak tau apa2 selain yg diberitakan dimedia massa, kedua..ini adlah aib secara institusi. Citra dan nama baik yg sudah dibangun sejak awal oleh almarhum pendiri dan pengasuh pesantren harus mengalami musibah berat. Ketiga, secara pribadi sy mengenal dgn baik org yg dituduh melakukan penyalahgunaan. Beliau adalah salah seorang guru saya, org yg kuat aspek spiritualnya dan banyak jasa terhadap perjalanan pesantren.

Kalaupun akhirnya sy membuat catatan ini, lebih sy tujukan agar perkara ini menjadi pembelajaran berharga bagi siapa saja. Bahwa urusan akhirat bila ditangani secara duniawi, cenderung berpotensi mendatangkan blunder. Tp, apa mau dikata..begitulah kita sbagai manusia. Kadang apa kita rencanakan dan berawal dr tujuan baik namun dgn cara yg tidak benar menurut org lain justru jd bumerang yg mempermalukan kita.

Mengetahui berita yg barusan sy baca, ingatan saya melayang saat masih menjadi santri disana. Sy tergolong 'santri ndableg' sering disidang karena dianggap melanggar aturan. Tahun2 pertama sy masuk pesantren, setau saya inilah salah satu pesantren terbaik dikota itu. Terbaik dlm hal potensi basic santri dan ustadz yg terdiri dr pelajar dan mahasiswa. Terbaik dlm konsistensi memadukan khazanah keilmuan keagamaan klasik dan kontemporer.

Lambat laun apresiasi dan penilaian sy menurun, sejak pihak otoritas mendirikan bermacam2 lembaga dan sekolah. Sebagai santri biasa, tak ada yg bs dilakukan selain urun pendapat melalui media lokal pesantren. Tentang banyak hal menyangkut kehidupan internal pesantren. Tp tiap tulisan nasibnya hampir selalu sama, sekedar dibaca (itupun klo sempat), tp tak cukup terakomodasi.

Itulah mengapa sekalipun terkejut dan turut terpukul atas kasus yg terjadi, sy bs memahaminya. Semuanya melalui proses, dan kadangkala tiap kesempatan yg kita peroleh menghadirkan dua pintu..jalan perantara menuju anugerah atau jalan yg membawa kita pd musibah. Kini apa yg tlah terjadi kiranya jd pelajaran berharga, bagi pihak yg tengah dikait2kan dgn perkara hukum dlm kasus ini smoga tetap tabah, biarlah penilaian manusia memutuskan, namun yg paling hakiki dan kita butuhkan adlah penilaian baik dr Tuhan.

oleh Ainul Huda Afandi pada 22 Maret 2011 jam 21:29 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar