WAKIL RAKYAT


Tidak susah sebenarnya memahami istilah "wakil rakyat", ini hanyalah ungkapan sederhana. Wakil rakyat berarti orang yang dipercayai rakyat sebagai penghubung aspirasi, harapan, keluhan dan masalah yg dihadapi rakyat untuk disampaikan pada pemerintah (pemimpin). Logikanya semakin banyak jumlah rakyat, idealnya semakin banyak pula jumlah wakil rakyat yang diperlukan. Negara memerlukan keberadaan para wakil rakyat, karena betapa merepotkan jika tiap warga negara berhubungan langsung sendiri2 dengan pemimpinnya. Apalagi untuk negara dgn penduduk melimpah seperti halnya indonesia.

Masalahnya, persoalan tata negara yg sederhana ini menjadi rumit karena para wakil rakyat kemudian dibekali embel2 mulia, "yang terhormat". Oleh negara, julukan ini lantas diterjemahkan dgn sederet fasilitas yang serba nikmat, gedung mewah, gaji tinggi, rumah dinas, sauna, ruang fitnes, kolam renang dan berbagai bentuk layanan penghormatan lain.

Padahal, mereka kan cuma "wakil rakyat". Orang gila pun (mungkin) tau, klo yg namanya wakil presiden itu derajadnya lebih rendah dr presiden. La kok wakil rakyat bs hidup sejahtera, sementara yg diwakili banyak yg kere abis, yang barangkali cuma punya dua fasilitas, berupa jiwa dan raga. Cobalah kita lihat rakyat yg ber'profesi' sebagai pengemis dan gelandangan. Cuma punya satu cita2 dan keinginan yg masih mungkin bs direalisasikan, yang penting masih bs hidup.

Menengok pelataran parkir gedung DPR tak ubahnya mengunjungi show room atau pameran mobil mewah. Namanya mobil mewah jangan tanya soal harga, sudah pasti kisaran 600 juta hingga miliaran. Mungkin ada yg berkilah, "ini kan mobil2ku dewe, ngenggo duitku dewe, sakkarepku to arep ngenggo hammer, mercy, alfard..lak perlu ngenggo tank po helikopter sekalian.."

Alasan itu boleh jd sama dgn alasan kita klo punya speaker komputer yg high kelas, pokoknya sekaliber buat para audiophile, kayak speaker2 merek bose atau JBL yg harganya bisa belasan juta itu. Lalu kita pamerkan suaranya tiap hari ngga perduli waktu dan apa kata tetangga. "Ini kan di rumahku dewe, ngenggo speakerku dewe, kuping2ku dewe..mau nyetel burger kill kek, rhoma irama kek urusanku..."

Ya..ya, bolehlah klo alasannya rumah dan speaker milik sendiri. Tp, ngga bener klo "kuping2ku dewe..", soalnya kuping tetangga ikut denger juga, padahal boleh jd selera musik mereka kan beda, merasa terganggu akibatnya. "Salah e kupinge tonggo, ngopo melu2 ngrungokke..!" Wah, klo ngomongnya masih begini ngajak perang namanya.

Itulah pentingnya memahami, bahwa milik privat ketika dibawa ke ruang publik yg dipertimbangkan adalah soal etika. Org DPR boleh2 aja punya koleksi mobil2 mewah, karena banyak juga yg udah dr sononya kaya, tp begitu jabatan "wakil rakyat" melekat, sikap hidup dan gayanya menyesuaikanlah dgn sikap dan gaya hidup rakyat umumnya. Klo rakyat rata2 cuma punya motor, bawalah motor pas ngantor di DPR. Klo khawatir dgn keamanan di jalan, ya udah pake aja mobil yg dipandang udah pasaran, paling ngga sekelas avanza atau xenia. Toh, klo fungsinya sbagai alat transportasi itu udah cukup. Kecuali klo emang buat kenyamanan ato pamer supaya yg liat berdecak kagum dan semakin menaruh hormat, dah beda cerita.

Perlu ngga sih yg kayak gini ada aturan formalnya. Aturan itu dibuat menyesuaikan situasi-kondisinya. Klo tanpa perlu diatur pun sudah banyak yang sadar dan punya moralitas jabatan, maka ngga penting lagi aturan. Tp berhubung makhluk bernama manusia itu kecenderungannya ngga suka diatur, suka nabrak2 aturan, semakin penting banyak aturan. Cuma masalahnya, mau ngga orang2 DPR itu membuat aturan untuk mereka sendiri.

Setiap pemilu adalah pertaruhan buat rakyat, pertaruhan tentang 5 tahun ke depan. Makanya jangan asal2an memilih orang dan partai. Jangan juga bersikap apatis dan masa bodoh kayak saya. Saya pemilu 2009 lalu golput. Bukan karena pingin golput, la wong hak pilih saya ngga dikasih. Smoga pemilu 2014 mendatang masih punya kesempatan memilih (kapan ya gantian punya hak untuk dipilih ? hehe..ngimpi.com)..

oleh Ainul Huda Afandi pada 08 Maret 2011 jam 12:40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar