DIMEKARKAN BIAR BERKEMBANG


Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), mungkin masih nama asing bagi telinga banyak orang di daerah lain. Dulu ketika masih tinggal di jawa pun, ketika ditanya orang, "Asalnya dr mana, mas ?", saya sering menyebut kota Palembang. Bukan brarti ingin berbohong, tp klo menyebut OKUT, khawatir orang ngga paham daerah antah berantah di propinsi mana itu. Padahal OKUT dari Palembang (ibukota propinsi) berjarak 126-200an km.

OKUT adlah kabupaten baru di propinsi Sumatera Selatan, mulai diresmikan thn 2003, merupakan pemekaran dr kab. OKU (yg dimekarkan jd 3 kabupaten, OKU Induk, OKU Timur dan OKU Selatan). Dengar2, thn 2013 OKU Timur mau dimekarkan lagi, dan kecamatanku masuk ke kabupaten baru, entah mau dikasih nama apa.

Walaupun kabupaten baru, OKU Timur punya prestasi pembangunan yg bagus. Dr 15 kab\kota di sum-sel, Jumlah jamaah hajinya terbanyak kedua, setelah palembang, sekedar cermin capaian tingkat rata2 kesejahteraan yg telah diraih warganya. Klo boleh sedikit membanggakan, ada beberapa penghargaan yg telah diraih OKUT, oleh mendagri thn 2010, OKU daerah paling inovatif dlm penataan kota se-sumatera.

Prestasi lain, OKUT adlah kabupaten termuda diindonesia peraih adipura, oleh MURI, OKUT mendapat penghargaan tingkat partisipasi pemilih tertinggi diindonesia dlm ajang pilkada, yakni 91,11 %, dan bupati terpilih (untuk periode kedua), pasangan Herman Deru-Khalid Mawardi, menang dgn perolehan suara 94,56 %. Bupati Deru tipikal birokrat muda yg sukses, ia jg relatif punya aset kekayaan pribadi yg lumayan, sekitar 17 M. Putri sulungnya, adalah anggota termuda DPD RI dgn perolehan suara tertinggi pula diindonesia.

Apa yg membuat kabupaten baru ini berkembang pesat ? Jauh sebelum OKU dimekarkan, daerah ini punya modal penting, salah satu lumbung beras nasional. Jd kalo anda jln2 kemari dimana2 ada hamparan sawah. Ini karena banyak penduduknya merupakan warga pendatang turun temurun suku jawa (warga asli, suku komering atau ogan biasanya berkebun). Namun, ketika masih bergabung dgn OKU, pembangunan relatif tidak banyak berkembang, pertama disebabkan secara geografis jauh dr ibukota propinsi (letaknya berbatasan langsung dgn propinsi lampung), jg aspek keamanan dan potensi konflik antar suku.

10 tahun lalu, jln raya belitang terhitung masih sepi kendaraan, mengapa ? Karna org malas beli kendaraan, akibat rawannya curanmor atau populer disebut gerandong, yg dlm aksinya merupakan syndikat (mereka punya 'mata2' dibanyak desa), dan terkenal sadis, tak segan membunuh bila korbannya melawan. Jangankan bepergian jauh, naik motor ke tetangga desa aja sudah was-was.

Pemekaran otomatis brarti bertambahnya jumlah personil keamanan, ada polres baru, dan situasi aman menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Kini, dealer2 motor dan mobil bertebaran, bahkan hingga ke kecamatan2. Rasanya udah jarang2 liat motor jelek dijalan. Seperti misalnya kecamatan belitang,disana berdiri dua perguruan tinggi, beberapa rumah sakit, kawasan pertokoan, belasan warnet dan sederet indikator pertumbuhan ekonomi lainnya.

Selain itu, transportasi jg menjd pemicu pertumbuhan. Ibukota kabupaten, Martapura memang daerah transit bus2 antar sumatera dilintas barat (walau jumlahnya tak banyak), tp OKUT, terutama dr arah belitang punya kekuatan transportasinya, berupa bis2 kecil ukuran metromini. Tp, jangan salah.. bis2 kecil dlm jumlah banyak ini (ada basuma jaya,minanga, puspasari,ladas, putra sulung,putra belitang,belitang indah, dan merek2 lain) punya trayek hebat, belitang-jakarta (dulunya cuma tujuan belitang-rajabasa)..., diantaranya bahkan belitang-jogja atau belitang-solo. Anehnya, kita akan kesulitan mencari bis Belitang-Palembang, dan memang umumnya yg berkembang disini untuk tujuan palembang adalah kendaraan travel.

Bis2 kecil tujuan jakarta atau jogja inilah salah satu penopang pertumbuhan ekonomi di OKUT . Para pedagang (elektronik, pakaian,aksesoris dll.) dimudahkan untuk belanja grosir langsung dijakarta sehingga harganya disini jg relatif tak terlalu jauh berselisih dgn 'pasar' jakarta.
Mereka jg bisa mendapat stok barang dr palembang yg banyak disuplai dr batam.

Kalaupun ada kendala utama yg kini masih dirasakan warga OKUT, pertama pasokan listrik yg adakalanya seringkali byar-pet, apalagi sistem grounded Pln terbilang amat buruk, tegangan naik-turun. Sbenarnya masyarakat bs aja memaklumi,asal PLN meningkatkan kinerja layanan informasi, bekerjasama dgn media massa, tp lebih efektif lg via operator seluler atau takmir masjid, jd warga bs mempersiapkan diri berdasarkan informasi bila akan ada pemadaman.

Kendala kedua jalan yg sering rusak. Tekstur tanah disini memang terbilang gembur dan labil, tak cukup cuma di aspal, harusnya dicor dulu baru diaspal supaya daya tahannya lebih lama. Lalu aktifitas ekonomi dimalam hari yg belum terlalu menggeliat, selanjutnya sarana hiburan masyarakat dan pariwisata. Klo pengen refresing, jujur saja OKUT bukan tempatnya, secara geografis OKUT didominasi dataran yg jauh dr gunung, jauh dr laut. Tp lumayanlah bila sekarang tengah dibangun sebuah wahana waterboom.

Tp, apapun OKUT adalah wajah ideal konsep pemekaran wilayah yg dikembangkan pemerintah. Banyak wilayah lain yg setelah dimekarkan tak banyak mengalami kemajuan, bahkan yg rame cuma konflik pilkada. Saya kira secara konsep, pemekaran wilayah adalah solusi alternatif bagus bagi pemerataan pembangunan. Terutama untuk kawasan indonesia Timur. Namun, pemekaran wilayah hanya akan efektif bila ada lebih banyak dimunculkan pusat2 perputaran ekonomi.

oleh Ainul Huda Afandi pada 26 Februari 2011 jam 12:14 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar