IKUT CAMPUR...CAMPUR TANGAN


Membaca berita di detik.com, terbetik kabar seorang TKI diusir majikannya dimesir gara2 sang majikan menonton pemberitaan adanya demo dikedubes mesir dan berbagai komentar di indonesia.

Secara perasaan pengusiran TKI itu menyakitkan, tp menurut nalar mudah dimengerti. Sebenci-bencinya kita pd SBY, kita ngga akan terima fotonya diinjak2 dinegeri orang. Seyogyanya kita jangan salah memahami tentang apa yg terjadi di mesir. Peristiwa yg tengah berlangsung di mesir bukanlah kisah rakyat yg melawan presidennya yg jahat dan dzolim. Gejolak demonstrasi di mesir lebih merupakan aksi sekelompok besar orang yg mendambakan kehidupan yg lebih baik, dan menganggap suksesi sebagai solusinya.

Bagi banyak orang di mesir, Husni Mubarak tetaplah sosok pemimpin yg punya banyak jasa. Cuma sekarang mereka menginginkan tampilnya org yg berbeda sebagai pemimpinnya. Ketika harapan itu tak kunjung jd kenyataan, lahirlah rasa kekecewaan, terjadilah benturan2, dan mulai tumbuh kebencian. Semakin lama Mubarak bertahan, semakin banyak jatuh korban, sgala rasa cinta dan penghormatan itu akhirnya dlm sekejab berubah jd kebencian. Ibarat pepatah : "panas setahun terhapus oleh hujan sehari."

Akibat gencarnya pemberitaan tentang mesir di tanah air, opini yg terbentuk dimasyarakat yakni, Presiden Husni Mubarak adalah public enemy. Seperti kata politisi PKS, Anis Matta..; "kita harus ikut berjuang membantu rakyat mesir, diantaranya dgn cara menekan pemerintah mesir dgn mendemo kedubesnya."

Okelah niatnya bagus, tp seberapa dalam kita mengenal karakteristik masyarakat mesir. Seberapa luas pemahaman kita dlm memetakan kelompok pro dan anti Mubarak. Boleh jd ada 2 jutaan warga yg secara massif turun ke jalan berdemonstrasi..tp benarkah itu merefleksikan harapan 76 juta penduduk mesir. Karena kita tidak banyak mengerti soal itu, tak perlu berdemonstrasi secara berlebihan, apalagi menginjak2 foto presiden negara lain. Masih banyak foto dan gambar lain yg lebih pantas dijadikan musuh dan lebih layak untuk diinjak2 atau di sobek-sobek..

Revolusi di Mesir adalah milik mereka sendiri. Mereka ingin berjuang dan berhasil mencapai tujuan tanpa perlu bantuan negara lain..pengusiran TKI dapt dimaknai sebagai "ini urusan kami, yg lain ojo melu2, ra sah ikut campur!"

Kita bangsa jg begitu, dr dulu kita pantang menyatakan kemerdekaan republik ini adalah hadiah atau bantuan pihak lain (walau harus diakui, kemerdekaan indonesia mencatat peran warga negara lain, misalnya perwira jepang laksamana meida. Sekitar tahun '44 atau '45, perwira2 jepang ini tahu kemungkinan mereka kalah perang dunia II, karena itu dr pada indonesia dikasih sama belanda, mending secara pribadi2 mereka melibatkan diri dlm persiapan kemerdekaan indonesia.)

Banyak cara untuk bersikap terhadap persoalan internasional. Tp lebih baik konsentrasi mengatasi problem dalam negeri.

Saya ingin mengibaratkan bangsa kita seperti seseorang yg dimeja kerjanya dapat setumpuk berkas tugas. Baru kita buka satu berkas, datang lg tumpukan berkas tugas lainnya, lantas kita buka satu berkas, judulnya : kemiskinan, berkas itu kita letakkan mengambil berkas lain, judulnya ; pengangguran..berkas lainnya lagi : korupsi...lalu sambil mendesah panjang dan geleng2 kepala : "haduuhh..banyak sekali tugasnya..mumet tenan!".

Belum ada kerjaan yg dituntaskan, lalu pikir kita, "keluar dulu aah..refresing dulu, ketemu teman2." Kita masuk keruang kerja teman, menengok mereka bekerja..ternyata lebih mengasyikkan klo cuma nonton org lg kerja...lalu berhamburan semua komentar, kritik dan saran, "Lho kok begitu..to, dab!..apik e ki ngene, coy..kudu ne ngono, bro.."...lupalah kita dgn tugas garapan sendiri, lalai kita dgn tanggungjawab sendiri..ujung2nya klo nyerah ngga sanggup lg..tanpa sungkan kita memohon bantuan teman2..amerika, jepang, inggris, klo perlu sama malaysia (TTM = Teman Tp Musuhan).

oleh Ainul Huda Afandi pada 08 Februari 2011 jam 14:27

Tidak ada komentar:

Posting Komentar