BOM BUNUH DIRI


Ajaran islam tidak mengenal bunuh diri dengan dalih dan alasan apapun. Bahkan Syariat islam juga tidak memiliki anjuran menyerang musuh dalam situasi bagaimanapun agar terbunuh. Mati dalam situasi perkelahian, konflik atau peperangan dalam islam hanya bermakna syahid bila tujuannya lillahi ta'ala dan kematiannya secara natural.

Yang saya maksud natural misalnya seseorang berkelahi satu lawan satu atas dasar motif konflik keagamaan menggunakan pedang atau senjata api, namun mungkin karena orang itu kalah cepat sehingga ia terkena senjata lawan dan tewas, maka kematiannya bs dikategorikan mati syahid. Namun bila dgn sengaja membiarkan dirinya terbunuh atau meminta dibunuh saja, menurut saya sih itu namanya cuma mati konyol.

Sehingga kita merasa heran dan tak habis pikir mengapa ada sekelompok org islam yg menjalankan aksi untuk tujuan tertentu karena didorong alasan agama atau negara dgn cara melancarkan aksi bom bunuh diri. Kalaupun ternyata memang ada diberbagai negara muslim termasuk dinegara kita sendiri, maka saya kira penyebabnya adalah kebodohan dalam mengenal agama. Dan orang2 bodoh ini ngga cuma mereka yg pada dasarnya minim wawasan keagamaan, tapi juga mereka yg banyak hafal hadits dan teks2 agama, namun salah kaprah dalam memahami maknanya.

Aksi bom sendiri bagi saya tak mengejutkan, dalam catatan2 terdahulu tentang bom atau terorisme, sy meyakini aksi bom ditanah air akan terus terjadi dalam variasi bentuk dan cara, karena pemerintah entah sadar atau tidak memang 'melindungi' habitat terorisme. Habitat teroris inilah yg akan selalu aktif memproduksi para teroris2 baru.

Begitu pula dalam hal pemilihan target, polisi dan intelijen sudah lama mendeteksi adanya pergeseran target serangan terorisme.
Bila dulu, peledakan bom ditujukan pada rumah ibadah kristiani, kedutaan besar dan warga negara asing dr negara2 yg dicap sebagai musuh islam, namun sekarang pola pemilihan target berubah. Kini mereka memilih menjadikan target perorangan untuk dijadikan sasaran serangan. Tidak lagi bule2, tapi pejabat atau aparat keamanan pemerintah RI yg menunjukkan permusuhan langsung dgn pihak teroris. Semacam operasi terbatas. Pertimbangannya barangkali lebih disebabkan faktor dana, efektifitas dan supaya lebih sukar diungkap. Namun, karena banyak diantara mereka yg dilatih untuk aksi militer telah ditangkap atau ditembak mati dalam penggerebekan di aceh, mau ngga mau mereka masih menggunakan bom sebagai media rusak utama.

Polresta Cirebon jadi target, saya kira alasannya sederhana saja, mereka butuh orang yg mengenal betul kondisi lingkungan target, kebetulan karena mereka dapat 'pengantin'nya (pelaku bom bunuh diri) warga cirebon, ya udah di polresta cirebon aja. Kok dimasjid sih ? Kesempatan terbesarnya ada disitu, pemilihan saat shalat jum'at, mungkin karena melihat seluruh pimpinan dan anggota polres yg beragama islam serta kebetulan ada dikantor biasanya bakalan shalat disitu. Namanya jg masjid, siapa aja boleh masuk tanpa diperiksa, siapa aja boleh menempati shaf barisan yg mana aja.

Dari sisi keamanan, terutama personel Polri, fenomena bom bunuh diri dilingkungan kerja polisi adalah situasi baru yg mencemaskan. Kecuali pelaku yg tewas, seluruh korban lain memang masih bisa diselamatkan. Tapi dr sisi tujuan, aksi bom bunuh diri di polresta cirebon terbilang berhasil. Keberhasilan ini tentu saja akan memacu 'kreatifitas' pelaku teror lain untuk semakin 'inovatif' dan berani.

Tak ada jalan lain bagi pemerintah untuk menghentikan terorisme selain menekan habis habitat terorisme dan semakin akomodatif terhadap penerapan syariat islam. Selama pemerintah tak peduli akan akar pemicu terorisme seperti ini, maka sampai kapanpun sulit membebaskan indonesia dr serangan aksi teror.

oleh Ainul Huda Afandi pada 16 April 2011 jam 19:58

Tidak ada komentar:

Posting Komentar