BOM BUKU


Kemarin, dalam sehari (15\3), kita dikejutkan oleh berita adanya teror bom dengan media kamuflase buku. Pertama, paket bom dikirim pada Ulil Absar Abdalla di markas JIL di utan kayu, kedua di tujukan ke Komjen. Gorries Mere di gedung BNN, dan ketiga di rumah Yapto, pimpinan ormas Pemuda Pancasila. Semuanya lewat kurir, dan bukan melalui jasa pengiriman atau ekspedisi, tentu pertimbangannya agar paket cepat sampai ke tujuan dan langsung mengenai si target.

Secara operasional, dr sisi tujuan teror bom buku kemarin terhitung gagal. Penyebabnya mereka yg dijadikan target memang bukan sembarang orang, seluruhnya punya staf dan ajudan. Kiriman apapun, apalagi dr pihak tak dikenal niscaya udah di filter lebih dulu. Kalaupun paket yg di utan kayu akhirnya meledak, ini lebih disebabkan human error penanganan benda mencurigakan. Kalau misalnya bom buku tadi dibiarkan saja, sebenarnya ngga meledak, kecuali klo ada timernya. Kecerobohan salah seorang perwira serse yg sok tau akhirnya berakibat kesialan buat dirinya sendiri. Tp, apa mau dikata..sudah terlanjur terjadi.

Spekulasi dan analisa kemudian merebak tentang siapa dibalik pengiriman paket bom tadi. Ada pengamat terorisme yg beranggapan itu hasil rekayasa intelijen, politisi menuding kejadian ini hanyalah pengalihan isu dan praduga2 lain.

Saya sendiri (sebagai orang awam) sebenarnya ngga paham soal beginian, tp tak apalah bila ikut2an menganalisa. Menurut saya, melihat daya ledak dan sasaran, bom buku ini kategorinya memang aksi dgn target terbatas, Jelas siapa yg dijadikan target. Tujuannya tidak sekedar teror psywar, tp bermaksud membunuh atau setidaknya.

Mengapa kok ulil, gorries mere dan yapto yg jd sasaran. Barangkali, ketiga orang ini memang baru sebatas 'uji coba pola baru', sesuai kapasitas dan kiprah ketiganya slama ini. Klo sukses, baru diperluas pada sasaran org sesuai daftar nama yg tlah dibuat. Ulil dngn gerakan Jaringan Islam Liberal (JIL) adalah salah satu musuh utama bagi kelompok ini (saya menduga pelaku pengiriman paket bom adalah anasir di kelompok islam garis keras). Permusuhan ini sudah berlangsung lama, kita bisa melihatnya melalui buku dan milis yg menyerang JIL.

Sementara, Komjen Gorries Mere adalah nama tenar di Mabes Polri. Saya sudah mendengar namanya sejak lama. Ia juga dijadikan musuh utama karena pertama, Gorries adalah seorang jenderal kristiani yg punya karir cemerlang berkat sepak terjangnya di wilayah intelijen dan pemberantasan terorisme. GM adalah tokoh sentral dibelakang pembentukan dan pergerakan densus 88, ia jg punya keterlibatan penting atas konflik poso dr pihak Polri. Sosok ini sangat dibenci dikalangan islam garis keras.

Siapa Yapto (Yapto Suryo Sumarno), ini jg bukanlah nama baru. Dulu di zaman orde baru namanya kerap muncul dalam pemberitaan. Ia dekat dgn penguasa orba tidak saja secara pribadi, tp juga terkait kiprahnya di ormas Pemuda Pancasila. Sebuah ormas yg diantara anggotanya terdiri dr para preman. Beberapa kali kita pernah mendengar ormas ini terlibat bentrok. Saat ini seiring memudarnya popularitas pancasila, ormas PP pun tak lagi jelas bentuk kegiatannya. Namun, bagi kelompok islam radikal, apapun ormas pembela pancasila adlah musuh, karena secara ideologis, aliran islam garis keras dr dulu menolak Pancasila sebagai dasar negara.

Dalam konteks aksi terorisme, agaknya ada perubahan pola penentuan target, demikian pula bentuk aksi. Ini tidak akan terlalu mengkhawatirkan bagi banyak orang dr sisi keselamatan dan keamanan, karena bila dulu aksi dgn bom bunuh diri targetnya bisa saja acak, korbannya bs siapa saja, namun kini mulai berubah menjadi operasi\aksi terbatas. Memang lebih efektif, tp tergantung seberapa banyak org yg terlibat. Bila kekuatan kelompok ini ternyata diam2 signifikan, patut cemaslah org2 yg selama ini berseberangan bahkan berlawanan dgn mereka.

Pesan paket bom buat ketiga org diatas saya pikir relatif mudah dan bisa ditebak, sasaran target awalnya yakni tokoh islam liberal-tokoh densus 88-tokoh pancasilais. Saya yakin, ketiga org tersebut Ulil-gorries-yapto sekalipun belum mengungkapkan ke publik, mereka mestilah sudah punya gambaran tentang pelakunya. Mereka jauh2 hari sadar punya musuh, dan tau dari kelompok mana musuh2 mereka. Tidak akan terlalu lama saya pikir, bila ditangani serius kasus ini akan segera terungkap.

oleh Ainul Huda Afandi pada 16 Maret 2011 jam 17:01

Tidak ada komentar:

Posting Komentar