HABIB, SAYID DAN AHLUL BAIT


Dahulu dimasa masih amat muda, terbersit banyak pertanyaan dalam benak saya, apakah ketika manusia telah melewati masa perhitungan di akhirat, saat yg berdosa menerima hukuman dlm neraka, dan mereka yg telah terbebas dari dosa dianugerahi kenikmatan surga, masihkah berlaku hubungan anak dan orang tua ? apakah masih ada perbedaan jenis kelamin ?, apakah kita tetap dipanggil menggunakan nama yg diberikan org tua kita, atau nama yg benar2 baru sebagai pembeda identitas kita? apakah tubuh yg kita bawa untuk dipertanggungjawabkan di akhirat sama dgn jasad sewaktu kita hidup didunia?.., dan sederet pertanyaan lain.

Banyak dr pertanyaan ini sebetulnya tak perlu menjadi pertanyaan. Sebab, bertanya pun ada batasannya, supaya kita tidak menjadi golongan org yg melampaui batas.

Pertanyaan lain yg dari dulu coba sy cari jawabannya adalah bagaimana kita memperlakukan para keturunan Rosulullah, apakah sekarang ini masih ada yg diberi istilah "ahlul bait" ?. Pertanyaan ini bermula dr kebiasaan bapak saya yg amat menghormati habib, misalnya bila ada habib2 yg bertamu kerumah, bapak saya sering mendahului mengucapkan salam. Para habib ini beberapa diantaranya kadang suka terlihat 'aneh' sampai2 pernah bapak 'menguji' habib yg bersangkutan, "kalau sampeyan bener2 habib, coba sebutkan silsilah saya, tiga generasi saja ?".

Tidak semua habib bertingkah laku selayaknya keturunan Rosulullah, ada anak habib yg nakalnya bukan main (sy tak perlu menceritakan seperti apa kenakalannya), hingga terpikir oleh saya sebatas apa keistimewaan yg diberikan Tuhan pd para habib ini.

Sedikit jawaban yg akhirnya sy analogikan, yakni nasehat seorang guru diwaktu ngaji bandongan (kiyai ahmad dahlan rosyid), waktu sy masih tinggal dipesantren, intinya supaya santri menghormati para gus (putera kiyai), betapapun ndableg dan bodohnya gus2 tersebut. Sebab, gus dan ning adalah kesayangan kiyai. Salah satu cara memperoleh barokah guru, dgn cara menyayangi apa yg disayangi oleh guru. Sehingga tradisi dipesantren tersebut, misalnya ada gus2 (putera kiyai dr pesantren lain) yg mondok disitu tetap memperoleh penghormatan nyaris setara dgn gus (puteranya) pengasuh pesantren.

Bagaimana cara kita menghormati para habaib, apakah dgn cara menunduk hormat, takluk dan sami'na wa atho'na. Menurut saya tidak begitu, penghormatan kita sebatas menghargai darahnya. Tp soal prilaku dan ucapan adalah persoalan lain. Tidak ada keistimewaan diluar itu, bukan pula jaminan terbebas dr ancaman api neraka. Bahkan para ulama lebih patut dimuliakan ketimbang para habib.

Kadang saya miris jg ada perkumpulan yg disebut "ahlul bait". Kalau fungsinya untuk menjaga, memurnikan dan saling memperjelas silsilah atau garis keturunan masing2 tidaklah mengapa, tp bila cuma untuk kebanggaan dan berharap mencari justifikasi memperoleh keistimewaan ditengah2 umat islam, mereka salah kaprah. Kalaupun ada hadits2 yg menyebut "ahlul bait", dlm pemahaman saya itu hanyalah sebatas keluarga Rosulullah yg pernah tinggal bersama beliau. Diluar itu bukanlah ahlul bait Nabi, tapi ahlul bait husain, ahlul bait hasan dan seterusnya hingga sekarang.

Inilah sebatas pemahaman saya pribadi, cara pandang ini saya rasa lebih fair dan memudahkan bagaimana kita memandang para keturunan Nabi. Sebagai penutup catatan ini, saya akan menyampaikan terjemah QS. Al-Ahzab : 40. : "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu, tetapi dia adalah Rosulullah dan penutup Nabi-nabi."
(Wallahu A'lam)

oleh Ainul Huda Afandi pada 19 Februari 2011 jam 21:59 

8 komentar:




  1. AL QURAN: ADAKAH ISTILAH ‘KETURUNAN’ AHLUL BAIT, ‘KETURUNAN’ NABI DAN ATAU ‘KETURUNAN’ RASUL???

    Bagian dua dari dua tulisan

    Dan yang paling mengejutkan kita kaum Muslim sebagai umatnya bahwa dalam Al Quran tidak ada sama sekali sebutan dan istilah ‘KETURUNAN MUHAMMAD’ pada hal Beliau adalah RASUL ALLAH sekaligus PENUTUP PARA NABI atau MESIAS atau MESIAH sampai akhir zaman (SQS. Al Ahzab, 33:40).

    Ya tidak sekedar deretan jabatan suci ini saja, tapi Beliau, Nabi Muhammad SAW adalah penerima Kitab Suci terakhir, AL QURAN dan sekaligus dimuat formal di dalamnya nama agama yang sama sekali TIDAK PERNAH DIMUAT nama agama apapun pada kitab-kitab suci sebelumnya. Agama yang sempurna serta sudah berproses EVOLUSI sejak era peradaban Adam As. sampai era peradaban Nabi Isa bin Maryam As, yakni ISLAM (SQS. Ali Imran, 5:3). Inilah mungkin suatu MUKJIZAT bagi kita Kaum Muslim sampai kiamat nanti. Simak info yang satu ini:

    Mohon maaf pula ketika Rabithah Alawiyah mengatakan Gus Dur bukan Ahlul Bait, pertanyaan saya, apakah mereka punya sanad tentang AZMATKHAN? Apakah penyusun kitab yang mereka jadikan rujukan itu pernah ke Indonesia dan mendatangi kyai-kyai keturunan Walisongo?

    GUS DUR adalah AZMATKHAN dan nasabnya tercatat lengkap di kitab al-Mausu’ah li Ansab al-Imam al-Husain. Nasab yang panjenengan share itu nasab yang salah, karena Gus Dur bukanlah generasi ke 33 atau 34. Gus Dur generasi ke 38 dan nasab ini sudah tercatat dan tersimpan lama di kitab yang disusun oleh ulama keturunan Sunan Kudus.

    Sebaiknya, menurut saya, bagi pihak yang meragukan nasabnya Gus Dur, tanyalah kepada ulama yang mengerti tentang nasab Azmatkhan.

    Jelas Mbah Hasyim Asy’ari adalah Ahlul Bait dari jalur AZMATKHAN. Bagi mereka, yang tidak mengakui Gus Dur, silakan saja. Namun sampaikan kepada mereka yang tidak mengakui Gus Dur dan juga Mbah Hasyim atau Mbah Kholil Bangkalan sebagai Ahlul Bait “Allah Tidak Tidur”.


    http://pustakamuhibbin.blogspot.co.id/2014/02/gus-dur-bukan-habib-upaya-klarifikasi.html

    https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10203763917457693&set=a.1271833375221.41796.1811508656&type=3&theater

    BalasHapus
  2. Anonim4:24 AM

    Artikel tolol
    Dangkal otakmu
    Saya sarankan ,besok2 gak usah buat artikel kayak diatas
    Ilmumu belum sampe,ini bisa dibaca ratusan bahkan ribuan orang,
    Artikel Lo kurang bijak Men.
    Ngaji lagi aja.artikel sampah di publikasikan

    BalasHapus
  3. Anonim2:52 PM

    Pelajari mazhab Syiah Imamiyyah dari sumber kredibel seperti https://www.al-islam.org/ bila ingin mengenal siapa sesungguhnya orang-orang yg digelari ahlulbait serta keutamaan mereka, niscaya engkau akan terhindar dari politik berbalut agama yg hendak membikin kekastaan habibisme di tengah kaum muslimin nusantara ini. Karena ahlulbait itu istilah "Spesifik" bagi keturunan Rasul yang disucikan dan dianugerahkan Imamah atas mereka. Mereka adalah Imam Ali, Siti Fatimah, Imam Hasan, Imam Husein dan 9 pria dari keturunan Imam Husein. Sisanya dzuriyyah Rasul secara umum, tidak beda dengan kita yang bukan dzuriyyah Rasul sebagai manusia pada dasarnya, sama-sama tidak kebal surga-neraka, sama-sama dinilai dari TAQWANYA di mata Allah. Sayang, doktrin kekastaan habibisme telah mengakar sekali di nusantara, selain memang karena warisan mazhab sunni yg membuat hukum kafa'ah nasab, diperparah lagi dg politisasi kedudukan kalangan satu ini. Saya malas menjelaskannya panjang lebar, pasti mereka tetap getol tidak menerima.

    BalasHapus
  4. Ahhh... Orang bodoh kau yang tidak mengakui habaib.
    Tunggu saja diakhirat akankah kau bisa bertemu nabi Muhammad setelah kau caci cucu2nya... ana rasa kau hanya akan jadi orang yang menyesal.

    BalasHapus
  5. Semua manusia sama saja, kecuali orang yang bertakwa. Ada politisasi sejak dulu...

    BalasHapus
  6. Ada orang yang tidak mau mengambil keuntungan politisasi status tersebut seperti Bpk. Quraish Shihab dan mungkin banyak yang lainnya yang rendah hati. Namun banyak juga yang mengambil keuntungan demi nafsu..
    Coba pelajari, banyak tafsir tentang gelar ini..ada 13 tafsir...
    Terserah mau ambil yang mana, tergantung apakah mau mengambil keuntungan masing masing atau menjadi orang yang rendah hati seperti Bpk. Quraish Shihab

    BalasHapus
  7. https://www.kompasiana.com/iskandariyah/54f687a6a3331137028b4ed7/rebutan-gelar-keturunan-rasulullah-dari-habib-kafir-hingga-habib-beriman-?page=2

    BalasHapus