SAKIT JIWA


Pernahkah anda melihat orang sakti ? Klo anda menjawab belum pernah, saya ngga percaya. Kita pernah melihatnya, bahkan mungkin sering. Si orang sakti tak butuh rumah, tak perlu teman, tak takut kepanasan dan kehujanan, bahkan ngga butuh pakaian. Lho..kok ? Iya, dialah "orang gila","wong edan","wong gendeng","wong hilang ingatan" atau dlm bahasa yg lebih sopan, "orang sakit jiwa". Apanya yg sakti ? Gimana ngga sakti klo tidur di sembarang tempat, berbugil ria kemana2, makannya ngga keurus, tp toh jarang sakit. Coba aja di survei...

Saya pernah punya pengalaman dimasa kecil bergaul dgn org2 gila. Ceritanya, disekitar tempat tinggal saya ada seorang kiyai. Selain ngajar ngaji beliau jg menerima tamu yg butuh bantuan secara spiritual. Istilah gampangnya, "kiyai-dukun". "Pasien"nya macem2, mulai dr orang kecurian, sakit2an, kena santet, bikin rajah senjata tajam, pagar rumah, sampi PSK pun ada jg yg datang minta di do'akan biar 'laris' (pak kiyai td tak menolak, beliau pun mendo'akan dgn wirid2 khusus, ternyata manjur jg sih, bukan laris dibooking pelanggan, tp ngga lama kemudian si psk dilamar orang dan menikah). Termasuk pula adakalanya beliau menerima pasien "orang sakit jiwa".

Orang gila yg diobati pak kiyai biasanya ditempatkan disalah satu asrama dipesantrennya, terpisah dr anak2 santri. Saya kebetulan sering berkunjung kesitu dan seperti anak2 lain, kami senang2 saja 'bermain2' dgn org 'aneh' tadi. Klo si org gila makan, pasti deh anda geleng2 kepala, porsinya luar biasa banyak. Minumnya jg spesial, air putih dicampur bumbu2 dapur, cabe,bawang...Orang sakit jiwa klo sedang kumat, ngga bisa diledek atau diajak ngomong baik2, bicaranya ngelantur dan suka marah2 sendiri. Klo sudah begini, tanda2 dia ngga gampang disuruh atau diatur2.

Di tempat pak kiyai adakalanya ngga cuma ada satu org gila, tp ada jg datang pasien org gila lainnya. Tp, antar org gila biasanya ngga kompak, malah kadang berantem walaupun cuma omongan, katanya yg satu, "kowe wong edan !!" Jawab satunya lagi "kowe kui sing edan!!!" (Hehe...ngga sadar ya klo sama2 edan).

Saya ngga terlalu ngerti gimana cara pak kiyai mengobati orang2 ini. Yg jelas, beda sama dokter di rumah sakit jiwa. Cuma selain wirid2, pada waktu2 tertentu orang2 digila ini dimandikan. Ngga bakal mudah, butuh beberapa orang untuk memeganginya agar tak berontak. Dan anehnya, air buat mandi bukan sembarang air, air comberan (hiii..huek!).

Dulu pernah kayaknya dikasih tau kenapa kok dimandikan sama air comberan dgn jumlah guyuran air tertentu..tp itu dah lama sekali, ngga ingat lagi. Denger2 jg, katanya mengobati orang gila yg keliatan 'jinak', suka dieem aja, paling cuma mesam-mesem itu relatif lebih susah ketimbang mengobati orang gila yg suka ngamuk. Entahlah.

Nyatanya, org2 gila ditempat pak kiyai kebanyakan sembuh. Tp, seperti umumnya org gila, sangat jarang yg bisa sembuh total 100 %. Ia jg punya potensi sewaktu2 kumat lagi. Tergantung tekanan dan problem hidup yg dihadapi. Saya mengibaratkan org gila itu ibarat gulungan benang yg terurat dan kusut. Semakin kusut masai benang tersebut, semakin susah pula menggulungnya kembali. Secara ilmiah, penyebab gila diawali oleh tekanan batin, mental drop, frustasi, depresi dan stres berat.

Biasanya kondisi gila menimpa seseorang yg punya kompleksitas permasalahan, ibarat penyakit, udah komplikasi dan tidak jua menemukan solusi atau jalan keluar. Bisa aja disebabkan soal putus cinta, patah hati atau kasih tak sampai, masalah kerjaan, tumpukan hutang, atau belajar suatu ilmu yg bukan 'maqom'nya (ngga level dia, jd ngga kuat pondasi pikirannya goyah dan rubuh).

Dokter dan kiyai-dukun punya teori agak berbeda tentang sakit jiwa ini, tp saya pikir tak terlalu berbeda soal penyebabnya, sedikit pengecualian soal jin. Dalam pengetahuan paranormal, jin punya kontribusi merasuki dan 'memutar-balikkan' alam pikiran seseorang yg tengah 'kosong', senang melamun dan menyendiri, membawanya keluar dr kesadaran-kenyataan menuju 'alam' ilusi dan fatamorgana. Dalam kondisi stres berat seseorang akan kehilangan kendali atas dirinya, kehilangan kontrol atas hati dan akal pikirannya.

Dlm konteks kemanusiaan, org gila berada ditepi batas antara manusia dan hewan (maaf). Saya tdk terlalu paham bagaimana sudut pandang agama terhadap posisi org gila (kecuali tau bahwa hukum tdk berlaku atas org gila).

Cobaan sungguh luarbiasa bg keluarga yg salah satu anggotanya mengalami kegilaan. Itu seakan jd ujian seumur hidup, karena gila memang bisa berlangsung berpuluh2 thn. Sebab gila adalah hal yg dipandang aib dan memalukan. Akhir dr catatan ini, hanya kekuatan iman, positive thinking dan semangat hidup yg akan menjd benteng kokoh untuk terhindar dari "sakit jiwa" ini. Jangan terbiasa mudah larut dalam masalah, dan bila ada seorang teman atau keluarga menunjukkan gejala dan prilaku aneh, segeralah ditangani segera. Semoga bermanfaat.

oleh Ainul Huda Afandi pada 28 Februari 2011 jam 18:40

Tidak ada komentar:

Posting Komentar