INILAH HIDUP, ALANDA...


Alanda Kariza, adalah nama seorang gadis remaja berusia 19 tahun yg hari ini ramai dibicarakan disitus twitter. Lewat akunnya, Alanda panjang lebar menulis keluh-kesah dan curahan hatinya. Kesan pertama membaca tulisan alanda adalah ia gadis yg cukup cantik...oh tidak, bukan itu. Jujur, saya terkesan dgn cara Alanda menuturkan ungkapan hatinya dgn untaian kalimat yg begitu runtut, logis, apa adanya, pilihan kata yg menyentuh, dan rasanya itu sudah cukup menggambarkan sosok alanda sebagai remaja yg multitalented.

Isi tulisan alanda di twitter mengisahkan keresahan jiwa Alanda atas nasib yg menimpa ibundanya, Arga Tirta Kirana yg dituntut hukuman penjara 10 tahun dan denda 10 miliar terkait jabatan Ibu Arga selaku kepala divisi legal bank century. Saya akan sedikit mengutip isi tulisan alanda supaya kita bs ikut membayangkan apa yg alanda rasakan saat ini :

"...Sejak Bank century dibail-out Ibu sering sekali pulang malam, karena ada terlalu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Saya jarang bertemu beliau. Bahkan ketika saya berulangtahun ke 18, saya tidak bertemu dengan Ibu sama sekali, karena beliau masih harus mengurus pekerjaan di kantor. Itu pertama kalinya saya berulang tahun tanpa Ibu. Seiring dengan diusutnya kasus Century, Ibu harus bolak-balik ke Bareskrim untuk diinterogasi oleh penyidik sebagaisaksi untuk kasus-kasus yang melibatkan atasan-atasannya

Saya lupa kapan… tapi pada suatu hari, saya mendengar status Ibu di Bareskrim berubah menjadi TSK. Tersangka.…Itu merupakan hal yang tidak pernah terlintas di pikiran saya sebelumnya. Tersangka? Dalam kasus apa? Dituduh menyelewengkan uang?....

Seperti apa respon Alanda ketika pertama kali mendengar ibunya dituntut penjara 10 tahun dan denda 10 miliar ?

"...Sesak nafas. Yang terasa cuma air mata yang tidak berhenti. Mungkin, ini cuma mimpi buruk… Mungkin, ketika terbangun, ternyata kasus ini sudah berakhir, dan saya bisa menjalani hidup yang “biasa” lagi dengan Ibu, Papa, dan dua adik-adik yang masih kecil. Walau hidup kami tidak mewah, tapi bahagia. Tidak harus ada sidang, tidak harus ada penyidikan di Bareskrim, tidakharus ada pulang larut karena harus ke kantor pengacara, tidak harus melewatkan makan malam yang biasanya dinikmati bersama-sama. Saya kangen Ibu masak di rumah. Saya kangen pergi ke luar kota, walau cuma ke Bogor, bersama keluarga. Hal-hal kecil yang sudah tidak bisa kami nikmati lagi. Kalau ini hanya mimpi buruk, saya mau cepat-cepat bangun...."

Kasus yg menimpa ibunya membuat Alanda kehilangan banyak hal2 indah yg ia rasakan sebelumnya. Ia sulit menerima kenyataan tentang kemungkinan berpisah dlm beberapa waktu dgn sang ibunda, namun yg lebih susah untuk ia terima, karena ada ketidakadilan dan perbedaan perlakuan dlm penegakan hukum kasus century.

"....Gayus – kita semua tahu kasusnya, kekayaannya, kontroversinya – divonis 7 tahun penjara dan denda 300 juta. Robert Tantular dituntut hukuman penjara selama 8 tahun dan Hermanus Hasan Muslim dituntut hukuman penjara selama 6 tahun dari PN Jakarta Pusat. Lalu, mengapa Ibu 10 tahun? Setolol dan seaneh apapun saya, saya cukup waras untuk tidak sanggup mengerti konsep tersebut menggunakan nalar dan logika saya..."

"...Atas nama Indonesia, saya dulu pergi ke forum internasional Global Changemakers. Atas nama Indonesia, saya mengikuti summer course di Montana. Untuk Indonesia, saya memiliki ide dan mengajak teman-teman menyelenggarakan Indonesian Youth Conference 2010. Indonesia yang sama yang menghancurkan mimpi-mimpi saya.“

"...Sebelumnya sy tahu, saya punya begitu banyak mimpi yang ingin dicapai, untuk membuat Ibu bangga, dan – mungkin – untuk Indonesia... ingin ini dan ingin itu. Keinginan-keinginan itu kini mati tanpa diminta. Sekarang hanya ingin Ibu bebas dari seluruh kasus tersebut. Sekarang hanya ingin hidup bahagia bersama Ibu,Papa, dan adik-adik..."

"...Saya mau ada Ibu di ulang tahun saya yang keduapuluh, dua minggu lagi. Saya mau ada Ibu di peluncuran buku saya – seperti biasanya. Saya mau ada Ibu waktu nanti saya lulus dan diwisuda. Saya mau ada Ibu ketika saya suatu hari nanti menikah. Saya mau ada Ibu ketika saya hamil dan melahirkan anak-anak saya. Saya mau Ibu ada di rumah, Indonesia. Tidak di penjara, tidak di tempat lain, tapi di rumah, bersama saya, Papa, Aisya, dan Fara..."

Susah rasanya saya membayangkan berada pada posisi Alanda. Amat mudah dimengerti bila ada nada keputus-asaan, frustasi dan sakit hati. Ia anak pertama, ialah yg harus menggantikan peran ibunya, bila ibunya tersebut benar2 dinyatakan bersalah dan harus tinggal dlm penjara.

Saya setiap kali melihat di TV ada ibu2 atau siapa saja menangis meratapi nasibnya, slalu saja berujar, "uwis to bu, ra sah nangis, urip ki yo ngene..", Bukan sebab tak suka melihat air mata, tp saya ngga kuat lihat org menangis.

Saya tak bs menilai ibu Arga, bersalah atau tidak..tp buat Alanda, : "Inilah hidup, kamu harus kuat, selamatkan masa depanmu, janganlah menjadi lemah dan goyah, sebab ingatlah..bahwa kehidupan itu tak punya belas kasihan."

oleh Ainul Huda Afandi pada 09 Februari 2011 jam 22:53

Tidak ada komentar:

Posting Komentar