TERORIS BAJAKAN


Hampir seminggu ini tiem gegana Polri bener2 sibuk, tiap hari adaa aja laporan masuk, ditemukan benda2 mencurigakan yg diduga bom. Mulai bom beneran sampai bungkusan berisi baju bekas, sepatu baru, magic jar rusak, buku, boneka mainan, hiasan natal yang boleh jd nanti barang yang ditemukan akan semakin ngaco aja..

Bila dlm catatan terdahulu (berjudul Teroris) saya berkesimpulan rencana teroris dengan modus bom buku dr sisi tujuan gagal, agaknya saya harus meralat kembali dan mengakui aksi mereka tak sepenuhnya gagal, ada keuntungan dan situasi baru yang boleh jd awalnya tidak masuk perhitungan mereka. Apa itu ? Efek domino bom buku. Coba sekarang kita bayangkan, betapa pusing pejabat intelijen dan densus 88 dlm memilah-milah mana temuan benda mencurigakan yg merupakan bagian dr aksi teror yg sengaja dilakukan para teroris dengan hasil perbuatan orang iseng.

Jangan salah, benda2 mencurigakan sekalipun ternyata bukanlah bom bisa jd masuk skenario para teroris, dengan tujuan membingungkan dan mengelabuhi tiem gegana atau densus 88. Dampak dr trend bom and 'bom' ini sudah terasa, warga kini resah bila menemukan benda2 tertentu yg tidak jelas siapa pemiliknya. Masyarakat was-was bila menerima paket kiriman, bahkan boleh jd para pemulung pun tidak nyaman lagi memungut barang2 bekas, khawatir yg mereka angkut dlm keranjang benar2 bom. Klo itu sampai terjadi dan meledak, lengkap sudah rasanya penderitaan hidup mereka.

Namun, saya kira dlm beberapa kasus temuan benda2 mencurigakan (selain bom buku) yg kemudian di disposal (sengaja diledakkan) oleh gegana merupakan perbuatan iseng yg disengaja dilakukan pihak2 tertentu untuk mengail di air keruh. Motifnya bisa macam2. Bisa motif politik untuk memberi kesan buruk keamanan yg menjatuhkan citra pemerintah, atau motif konflik pribadi. Mudah saja misalnya si A lagi musuhan sama si B, lalu malam2 si A menaruh bungkusan depan pintu rumah si B, isi saja dengan baterai, paku dan kabel yg dibungkus rapi..itu dalam situasi seperti sekarang akan meneror si B. Tanpa berani memeriksa isi bungkusan si B bakal cepat2 menghubungi polisi.

Bom buku yg terjadi sekarang memang salah satu variasi aksi terorisme, dulunya pernah jg dipraktekkan dinegara lain, kini di uji coba di negara kita. Pelakunya kemungkinan masih orang2 lama, seperti perkiraan Ali Imron (narapidana kasus Bom Bali). Kecil kemungkinannya dilakukan intelijen hitam atau sekedar motif politik. Mengapa ? Besarnya resiko. Terorisme adlah tindak pidana yg ancaman hukumannya berat, bahkan dlm penindakan dilapangan dlm situasi tertentu pelaku bisa saja tertembak atau memang sengaja ditembak, kayak proses penangkapan tersangka penyerangan markas polsek di Su-mut atau penggerebekan tersangka ibrohim ( bekas floris hotel ritz charlton) yg sebelumnya diduga sbagai Noordin M. Top.

Ibrohim, (selain para tersangka teroris di Sumut) adalah tersangka teroris yg paling menderita. Coba kita bayangkan lg nasibnya ibrohim (7\8\09), ia baru saja tiba ditemanggung setelah melarikan diri dr jakarta, badan pastilah capek dan pegal2, tp untuk harus memantau situasi lebih dulu terpaksa malam harinya ia tidur dipemakaman. Barulah pagi ia mulai dibawa ke rumah persembunyian.

Siang hari posisi Ibrohim terdeteksi dan segera dikepung polisi. Kondisi psikologisnya masih cukup kuat, ia bertahan dan tak mau keluar. Malam hari dimulailah tembakan penjajakan oleh polisi untuk memaksanya keluar, Ibrahim tetap tak bereaksi. Bisa dibayangkan kondisinya waktu itu, lelah, takut, tegang, lapar, haus, bahkan ngga tau ia masih bisa pergi ke toilet atau tidak berhubung arus listrik diputus.

Mungkin malam itu ibrahim tak sempat tidur, sampai keesokan harinya kala Polisi benar2 melaksanakan operasi. Pertama ia di'siram' peluru dari semua arah. Dia terdesak, polisi lalu membuat ledakan di pintu dan dinding samping rumah, memasukkan robot untuk mendeteksi tanda2 kehidupan dlm rumah. Ibrahim tahu dan ia memilih kamar mandi dibelakang sebagai 'benteng pertahanan' terakhir.

Dengan gencar polisi kembali 'menyiram' posisi dimana Ibrahim bersembunyi. Sebenarnya kekuatan mentalnya sudah melemah, dari garda terdepan personel densus terdengar ibrahim bersuara minta jangan ditembak, tp polisi khawatir itu cuma jebakan, lalu setelah 18 jam pengepungan Ibrahim menemui ajal. Ia tewas, bukan oleh tembakan langsung, tp pantulan peluru di dinding kamar mandi.

Cara penanganan polisi dlm kejadian di Temanggung cukup mendapat kritikan, karena untuk operasi dgn tujuan mematikan butuh waktu begitu lama.
Sebagai penegak hukum, densus 88 memang adakalanya dicibir sejumlah pihak karena dianggap mereduksi asas pra duga tak bersalah. Seperti kasus penangkapan Abu Dujana. Dengar2 Abu Dujana pun sebenarnya mau ditembak mati walaupun ia sudah menyerah, senjata telah diarahkan ke kepala, tp Abu Dujana mengelak dan peluru cuma mengenai pahanya.

Atas resiko yg besar inilah, besar kemungkinan aksi teror buku dilakukan sekelompok org yang didorong oleh ideologi kuat, ideologi keyakinan keagamaan. Perang pemerintah melawan teroris belum akan berakhir, akan terus berlanjut, entah sampai kapan. Dan semoga tak pihak2 yg mencoba memanfaatkan situasi dgn ikut 'bermain', misalnya menjadi 'teroris' bajakan dan amatiran dgn menebar 'bom-bom' palsu yg hanya mendatangkan keresahan masyarakat.

oleh Ainul Huda Afandi pada 19 Maret 2011 jam 21:17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar