BELAJAR PERCAYA


Pernah dengar lagu qasidah yg judulnya "wartawan ratu dunia" ?, itu sebuah lagu qasidah klasik yang enak didengar dan menggambarkan betapa besar pengaruh media massa dalam membentuk opini masyarakat. Sangat relevan dgn kondisi pers nasional saat ini.

Akhirnya, seperti perkiraan sejumlah pemred media massa, pers nasional kembali berhasil memaksa seorang tokoh buka suara. Org tersebut adlah salah satu wakil ketua KPK, Chandra M. Hamzah. Padahal, sejak bergabung dgn KPK 4 tahun silam, pimpinan KPK yg satu ini terkenal sangat susah dimintai komentar. Namun, media massa, terutama tv sangat lihai memanfaatkan isu demi kepentingan rating. Seperti halnya malam ini, Chandra bersedia berdialog di studio TV One. Materi dialog lebih banyak seputar klarifikasi yg bersangkutan pd komite etik KPK, termasuk rumor yg menyebutkan Chandra bermaksud mengundurkan diri.

Memang, untuk kesekiankalinya masyarakat dibingungkan pada pilihan percaya atau tidak percaya pada sejumlah kasus hukum. Satu tahun lalu kita bingung apakah benar Antasari Azhar terlibat pembunuhan atau ia sama sekali tak bersalah, apakah Chandra dan bibit telah menerima uang suap dari anggodo atau keduanya hanyalah korban fitnah dan rekayasa semata, apakah Srimulyani telah melakukan salah mengambil kebijakan yg mengakibatkan kerugian negara atau ia hanyalah target yg tidak disukai sejumlah politisi dan pengusaha tertentu. Beberapa kasus terbaru tidak kalah membingungkan kita, benarkah anas urbaningrum adalah politisi hitam yg lihai mengeruk keuntungan dr duit negara atau sebenarnya ia murni politisi yg bersih dr money politics, apakah yg diungkapkan Nazarudin cuma bualan dan fitnah belaka atau terdapat fakta dan kejujuran didalamnya, apakah Chandra adalah oknum pimpinan KPK yg brengsek atau justru seorang yg demikian terpuji integritasnya sehingga ada sejumlah kelompok yg benci dgn keberadaannya di KPK. Ada banyak berita yg lalu menawarkan pd kita pd pilihan percaya atau tdk percaya. Bisa pula kita memilih alternatif ketiga, yakni tidak mau tau dan sebodo amat dgn itu semua.

Berita yg paling santer, selain menyoal kasus kemenpora dan kemenakertrans, adalah topik kebenaran segala tuduhan yg dilontarkan Nazarudin atas pribadi Chandra. Saya tentu tidak pernah tau apapun soal chandra selain setelah yg bersangkutan menjd pimpinan KPK. Siapa dia, apa latarbelakang pendidikan dan profesinya, prestasi besar apa yg membuat ia kemudian terpilih jd pimpinan KPK. Namun, adakalanya kepercayaan kita akan mudah tumbuh cukup melihat penampilan seseorang, terutama pilihan kata dan bahasa tubuh yg terlihat oleh mata.

Sampai detik ini sy memilih percaya pd Chandra M. Hamzah, sama besarnya dgn kepercayaan saya pd Antasari Azhar. Tadi malam di TV One penampilan Chandra menguatkan kepercayaan sy itu. Semua argumentasinya logis, sorot matanya berbicara dan mengandung kejujuran [kita tau organ tubuh luart kita yg tak pintar menipu adlah mata], dan bahasa tubuhnya menyiratkan bahwa org ini tak pantas menanggung pra sangka buruk. Pd dasarnya pula, kita harus percaya pd sisi baik org kala menerima tanggungjawab. Menjd pimpinan KPK itu lebih berat bobot resiko dan tanggungjawabnya ketimbang sekadar jabatan prestise.

Sementara Nazarudin, hampir tdk ada pernyataan yg disampaikan anak muda ini yg mampu meyakinkan kita, selain sadar org ini terlalu banyak serakah, lalu ketika perbuatannya diketahui publik ia pun panik, lalu mencoba menyelamatkan diri dgn berlindung dibalik kebohongan demi kebohongan. Nazarudin banyak berbohong, tak ada cara yg lebih baik selain mengabaikan org ini kecuali ia mampu memberi bukti atas tudingan yg ia gembar-gemborkan. Lihatlah ekspresi tubuhnya, lihatlah mimik muka dan sorot matanya, lihatlah substansi dan pilihan kata yg ia berikan, "org2 KPK itu penjahat, perampok..". Org yg jujur dan bersih tdk akan menggunakan ungkapan atau istilah yg serampangan.

Setelah Chandra tampil sendirian sbagai tamu dialog TV One, lalu segmen berikutnya hadir Sujiwo Tejo cs. Menjd pemandangan lucu, ketika org2 ini memilih banyak mengecam Chandra, meragukan kejujuran Chandra hanya karena tersinggung Chandra tak mau bergabung dlm satu segmen dialog. Padahal, ketua MK pun pernah bersedia tampil diwawancarai di studio tv asal tdk ada pembicara lain. Bagi saya, masalahnya jelas, Pak Mahfud dan Pak Chandra tidak ingin ditempatkan produser acara TV pd situasi debat yg tdk perlu. Mereka hadir karena ingin pernyataan keduanya didengar publik secara utuh tanpa perlu ditimpali oleh org2 yg menjd lawan atau org2 yg tdk mengetahui betul pokok permasalahan. Karena apa ? karenanya keduanya sangat menyadari posisinya sbagai penegak hukum yg ingin memastikan suatu fakta dan kebenaran lewat mekanisme hukum, bukan fasilitas yg disediakan media massa. Kalaupun Pak Mahfud dan Pak Chandra bersedia hadir, itu lebih disebabkan adanya pemberitaan yg sengaja dibuat untuk menyudutkan, tdk berimbang sehingga perlu membuat bantahan dan klarifikasi.

Fenomena kehidupan berbangsa Indonesia memang masih banyak yg brengsek, korupsi, suap dan nepotisme masih merajalela, tp jelas bukan suatu alasan sah untuk membiarkan berprasangka buruk menjd kebiasaan. Tdk setiap tudingan dan tuduhan adalah kenyataan, Tidak pula setiap rumor dan isu sekedar pepesan kosong  belaka. Adanya bukti dan saksi adlah fakta yg membangun rasa percaya. Tanpa itu, kita harus menganggapnya angin lalu saja. Sebab bukankah kita tau adnya ungkapan, bahwa membebaskan org yg bersalah itu lebih baik drpada menghukum org yg tidak bersalah. Membebaskan org yg bersalah melukai rasa keadilan, tp menghukum org yg tidak bersalah adlah sebuah kedzoliman. Kalo kita menyimak kasus antasari, tdk ada fakta hukum yg benar2 meyakinkan kita bahwa mantan ketua KPK ini bersalah, selain rekaman audio yg dibuat Sigit Haryo Wibisono yg sebetulnya jg tidak jelas bunyinya.

Sama pula dgn jebakan logika bahwa kalaupun benar ada pertemuan Chandra dan Nazarudin berarti ada deal. Secara nalar, dalam perkara apapun deal dgn org yg baru dikenal dan memiliki implikasi keuntungan besar biasanya hanya terjd bila ada komunikasi atau pertemuan lebih dr satu kali yg jangka waktunya berdekatan. Kehidupan sehari2 kita banyak membuktikan hal itu. Kecuali yg kita sedang kita negosiasikan cuma barang2 bernilai ribuan atau jutaan saja.

Kita harus percaya ada org2 baik disekitar kita. Kalau kita termasuk diantara kelompok mereka, kita tidak akan membiarkan org2 baik ini disakiti dan didzolimi. Sebab, dalam hidup ini kita tak selamanya boleh bersikap netral. Seringkali kita harus memihak, tentu saja memihak kebenaran. Apa yg mampu mendorong kita untuk berpihak pd sesuatu atau seseorang ? Apa yg terlihat, apa yg tersirat, kata hati nurani dan cara pandang akal pikiran. Sebab empat hal inilah yg mampu membuat kita menemukan kebenaran. Kalau kebenaran banyak dijumpai pd A kita akan condong berpihak kepadanya, begitu pula sebaliknya.

Kita tengah menjalani hidup menjelang zaman fitnah mencapai era kejayaannya. Kita tentu ingat pesan2 dlm hadits nabi tentang tokoh dajjal dan hari akhir. Maka hati2 supaya kita sendiri bukanlah termasuk para penyebar fitnah. Sebetulnya, sy tidak ingin menilai Chandra dan Nazarudin karena khawatir bila salah menilai maka hasilnya adalah fitnah. Penilaian biasanya menghasilkan klaim, dan klaim yg salah mengarah pd fitnah dan kebohongan. Semoga apa yg sy tulis dlm catatan kali tidak mengandung fitnah, ingatkan saya bila ada analisa dlm catatan ini yg keliru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar