MENAKAR SUM-SEL-1


Baru sekitar semingguan lalu, untuk pertama kalinya sepanjang hidup saya menggunakan hak pilih dalam ajang Pilkades, ada tiga kandidat yg maju mencalonkan diri, seluruhnya dikenal berasal dari keluarga mapan (maklum biaya politiknya ngga murah, bisa ratusan juta). Satu calon adalah mantan kades, satu incumbent dan seorang lagi seorang usahawan yg punya aset puluhan hektar kebun karet.

Saya sebetulnya tidak mengenal dekat ketiganya, sama sekali tak tahu kualitas ketiganya kecuali sekedar kata orang saja. Tapi berhubung saya tidak pernah puas dengan kinerja Kades2 terdahulu dan yg sekarang masih menjabat, makanya, begitu pagi2 berangkat ke tempat pemilihan, saya sudah berbulat tekat memilih yg belum pernah jadi Kades. Sayang, jago saya kalah dari incumbent dengan selisih yg lumayan jauh, 700 suara dari sekitar 5 ribu pemilik suara. Ada sih rumor yg menyebutkan terjadi “serangan fajar”, namun berhubung tidak menyaksikan sendiri, saya lebih memilih menghargai hasilnya. Pemilih suara sudah menjatuhkan pilihan, dan mereka sendiri yg turut menanggung resiko apapun kinerja kades terpilih.

Tahun depan, Bupati kabupaten domisili saya (Pak Herman Deru), OKU Timur ikut maju meramaikan pemilihan gubernur Sum-Sel. Dengan mempertimbangkan prestasi dan karakter kepemimpinan yang dimiliki Pak Deru, saya mendukung penuh pencalonannya tersebut. Beliau merupakan kandidat termuda, usianya baru 36 tahun saat menjadi Bupati pertama OKU Timur, mengawali karir sebagai pengusaha yang cukup sukses, punya pembawaan energik, humoris, kharismatik, dermawan, dekat dengan kalangan pesantren, agamis dan cukup kaya (konon aset kekayaaannya puluhan miliar). Saya baru dua tahun belakangan ini benar2 tinggi di kampung halaman setelah sekian lama tinggal di perantauan, tapi dari kesan yg sy peroleh selama ini saya harus memberikan pujian yg jujur untuk Pak Deru.

Untuk menjatuhkan pilihan, maka harus ada indikator realistis yg menjadi alat ukur mengapa kita memilih seseorang. Ada sejumlah hal menarik dari pribadi Pak Herman Deru.
  1. Pak Herman Deru bukan orang partai, ia baru sebatas ketua Nasdem Sum-Sel.
  2. Beliau merupakan orang suku asli Sum-Sel, tapi dekat dengan suku Jawa, tinggal di perkampungan suku Jawa, dan jangan salah, sedikit2 beliau bisa berbahasa jawa halus. Karena kemampuan berinteraksinya tersebut tak heran pada akhir 2011 lalu, oleh keraton Surakarta, ia dianugerahi gelar khusus yakni Kanjeng Raden Haryo (KRH) Haji Mengkudiningrat, SH. MM.
  3. Pada pertengahan tahun 2012, pemerintah memberikan 4 penghargaan nasional untuk OKU Timur, sebagai kabupaten termuda tercepat meraih Wahana Tata Nugraha (WTN), mendapatkan penghargaan Piala adipura untuk keempat kalinya untuk kota Martapura sebagai kota kecil terbersih (poinnya tertinggi se-sumatera), penghargaan Adiwiyata, penghargaan terminal terbaik nasional,  daerah pemekaran terbaik se-Indonesia,
  4. Memecahkan rekor MURI  karena dipilih pada periode kedua lebih dari 95 % suara (artinya mayoritas masyarakat OKUT puas dengan kepemimpinannya). Layaknya Pilkada formalitas aja.
  5. Sebagai Ketua Forum Daerah penghasil pangan Indonesia Pak Deru menunjukkan sikap keberpihakannya pada para petani dengan melarang alihfungsi sawah untuk tetap menjaga status OKUT sbagai salah satu lumbung beras nasional, melarang investor membuka perkebunan karet dan hanya boleh mendirikan pabriknya saja untuk menghindari sengketa tanah seperti yg terjadi di daerah2 lain. Ia juga mengadakan asuransi lahan pertanian dan terpilih sebagai kepala daerah yang paling banyak mengadakan bedah rumah bagi warga miskin.
  6. Pak Deru sehari-hari lebih suka tinggal di rumah peninggalan orang tuanya yang luas itu di BK 9 yg berjarak sekitar 40 KM meter dr ibukota kabupaten (Martapura) ketimbang tinggal di rumah dinas, karena itu sbagai warga yg tinggal tak jauh dr jalan raya belitang, kami sudah paham jam berapa saja klo malam Bupati Deru pulang kerja, sering di atas jam 9 malam (maklum kadang untuk membuka lalu lintas mobil patwal yang mengiringi kendaraan dinasnya terkadang menghidupkan sirene).
  7. Jamaah haji OKUT dari tahun ke tahun belakangan ini jumlahnya terbanyak kedua setelah palembang. Artinya, tingkat pendapatan ekonomi warga OKU Timur menunjukkan perkembangan bagus.
Itulah beberapa indikator prestasi normatif yang telah dicapai Herman Deru. Saya pribadi secara obyektif mengakui jasa Herman Deru dalam memimpin OKU Timur. Sebagai org yang lahir dan besar di daerah ini, saya tahu betul bagaimana perkembangannya secara fisik. Ketika saya kecil hingga tumbuh remaja, daerah saya adalah daerah yg nyaris tak dikenal secara nasional, bahkan kecamatan saya sendiri (Buay Madang), ketika masih duduk di bangku SD tak tercantum di atlas (dulu bersama kawan2 kami sempat kebingungan mengapa tak ada Buay Madang di atlas). Ketika kuliah, saya pernah berkomitmen pd diri sendiri tak mau tinggal dan berdomisili di OKU Timur, ini daerah yang benar2 pelosok, memiliki kerawanan keamanan, dan minim fasilitas. Setelah dimekarkan, tampak benar perkembangannya, dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun kawasan OKU Timur dibeberapa tempat, tumbuh menjadi semi kota.

Sebagai kandidat calon Gubernur, popularitas Herman Deru sudah cukup teruji, beberapa tahun lalu, puteri sulungnya, Piercha terpilih sebagai anggota DPD termuda mewakili Sum-Sel dengan perolehan suara terbanyak di Indonesia. Padahal waktu itu usia Piercha sekitar 25 tahun dan belum menikah. Artinya, Herman Deru punya strategi yang cukup ampuh untuk mengerek popularitas putrinya tersebut. Jalan Pak Deru menuju Sum-Sel 1 jelas tidak lempang dan mulus, ia menghadapi pesaing2 yang tidak kalah tangguh dan berprestasi. Sebut saja Alex Nurdin, (incumbent Gubernur Sum-Sel, pernah dua periode jadi Bupati MUBA. Ketua Golkar Sum-Sel), lalu ada Edi Santana Yusuf  (walikota Palembang dua periode, ketua DPD PDIP Sum-Sel yang demikian dibanggakan warga Palembang karena sukses merubah wajah Palembang menjadi lebih metropolis dan tertata), kemudian Dr. Ridwan Mukti (Bupati Musi Rawas dua periode, mantan anggota DPR RI dua periode dan termasuk pengurus DPP Partai Golkar), ada juga Ishak Mekki (ketua DPD Partai Demokrat Sum-Sel, Bupati OKI dua periode), tak bisa dikesampingkan pula nama politisi senior di Sum-Sel, Eddy Yusuf (saat iniWakil Gubernur, mantan Bupati OKU).

Orang2 yg yg namanya tertera di atas adalah pemimpin2 yang kompetitif, punya sederet prestasi pribadi dan siapapun yg terpilih, sepanjang tidak sedang tersangkut masalah korupsi akan berdampak positif bagi kemajuan Sum-Sel. Sayangnya, dari sekian banyak nama di atas, tidak ada tokoh yang benar2 populer karena pengalamannya menegakkan birokrasi anti korupsi, tak terkecuali Pak Deru. Sekalipun saya yakin kredibilitas dan integritas Pak Deru, beliau belum sukses menghapus budaya korupsi dan nepotisme di kalangan birokrasi pemerintahan OKU Timur. Saya berharap ia bisa banyak belajar dari sosok Jokowi baik seandainya nanti terpilih jadi Gubernur Sum-Sel maupun ternyata peruntungannya baru ‘sebatas’ menjadi Bupati OKU Timur. Selamat berjuang, Pak Deru!

oleh Ainul Huda Afandi (Catatan) pada 16 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar