'TSUNAMI'


Banyak orang berbeda pendapat dapat memahami, memaknai dan mendefinisikan mimpi. Ada yg memandang mimpi tak lebih dari bunga2 tidur, lahir dr alam bawah sadar dan dipengaruhi oleh kesenangan, kekhawatiran akan mengalami, kebencian atau harapan, banyak bermula dr sesuatu yg bersifat ruhani.

Namun, ada juga yang mempercayai mimpi mengandung tanda, prediksi dan peringatan. Entahlah. Namun, mengingat dlm agama pun memuat kisah yg menceritakan tentang mimpi, maka sesungguhnya memang adakalanya diantara mimpi2 kita lebih dr bunga2 tidur.

Malam ini seperti biasanya aku tidur lewat jam 12, mungkin td sudah jam 1. Aku belum shalat isya dan berharap bisa bangun sebelum subuh. Suatu harapan yg klo menurut kebiasaan susah tercapai, biasanya dimalam hari aku butuh tidur lebih dr 4 jam. Lalu tanpa rasa bersalah aku pun segera tertidur, setelah dlm pembaringan beberapa saat asyik on line menanti mata benar2 terlelap.

Jam 4 tadi aku bangun (didaerahku shubuh sekitar jam setengah 5), tp mungkin lebih tepatnya lagi 'dibangunkan', oleh mimpi yg luar biasa, mencekam dan menggetarkan jiwa. Mimpi tsunami. Mimpi yg barusan ku alami rasanya sungguh berbeda dr biasanya yg cenderung 'meloncat2' dr satu 'adegan' ke 'adegan' yg lain. Tapi mimpi tadi tampak begitu nyata, stabil dan runtut. Terutama saat dimulainya tsunami.  Aku (dlm mimpiku) serasa didalam rumah bersama keluarga. Sepertinya kami baru saja melihat berita di TV bahwa dunia tengah mengalami 'masa" dingin" yg lantas menimbulkan cucuran deras salju yg terlalu deras, menumpuk dan mencair.

Begitu keluar rumah tampak olehku dr arah selatan guyuran salju berukuran besar mengalir dr langit, cuaca kelihatan begitu kelam. Dan, tiba2 saja dr arah selatan muncul gelombang besar, menuju cepat ke daerahku dlm hitungan menit. Aku sempat memberitahu keluarga lain, aku, ibu, kakakku dan keponakanku menuju bangunan dua lantai di sebelah rumah. Logika berfikir kami sederhana, kami butuh tempat perlindungan yg lebih tinggi. Sementara kakak iparku dan seorang lagi lainnya memilih sisi rumah yg lain. Entah bagaimana kemudian nasibnya.

Dengan cepat air meninggi, warnanya lebih mirip dgn air laut, tak kotor. Dengan panik, kami berusaha mencari tempat yg lebih tinggi. Entah kenapa, bangunan (yg dlm kenyataan cuma berlantai 2) itu dlm mimpi menjd 3 lantai. Cuma lantai tiga tidak mudah dicapai, tidak ada tangga sebagai penghubung. Adanya tangga pendek dr kayu, yg harus di sambung. Lalu, berpacu dgn waktu, kami membuat tangga darurat untuk disambungkan dgn tangga dr atas, sementara air sudah mulai masuk ke lantai 2. Beruntung dgn susah payah, kami berhasil, (lagi2 entah mengapa) di lantai teratas sudah berkumpul banyak org tak tahu dr mana mereka berasal dan bagaimana mereka mencapai tempat ini karena bangunan ini berada ditanah pekarangan kami.

Air terus meninggi, hingga hamper mencapai lantai 3, namun 'beruntung' aliran gelombang tsunami itu tiba2 tidak lagi mengalir deras, bahkan cenderung menyusut. Saat aku beranjak ke sisi lain bangunan, ada pemandangan aneh, sebab disisi lain disebelah barat ternyata tak ada air sama sekali, kering seperti ada tembok raksasa tak terlihat yg memisahkan dua bagian ini. Bahkan disana masih ku lihat orang2 di pertokoan yang tertegun menatap kami. Lalu aku pun terbangun dr tidur, berucap istighfar dan segera beranjak mengambil air wudhu. Tidak lama berselang, masjid2 seperti biasa menyetel murottal seperti biasaanya menjelang waktu shubuh.

Seperti halnya org lain aku berfikir apa dlm jangka waktu dekat ada bencana tsunami, sebagaimana instingku selama ini yg mempercayai bahwa kita hidup pd masa begitu dekat dgn akhir zaman. Dr dulu selalu terfikir olehku, apalagi yg di'tunggu' Tuhan untuk merealisasikan apa yg kita kenal dgn 'kiamat'. Agama islam disempurnakan sejak Rosulullah masih hidup, apa menanti umat islam mencapai tingkat kesempurnaan sebagai umat. Entahlah.

Mimpi yg barusan ku alami bagiku jelas bukan mimpi biasa. Tuhan sedang memperingatkanku untuk tdk bermain2 dgn kewajiban beribadah pada-Nya. Tadi malam, aku ingin dibangunkan sebelum waktu shubuh agar bisa menunaikan shalat isya, dan Tuhan mengabulkan keinginan itu dgn membangunkanku secara yg 'halus', berupa mimpi. Alhamdulillah. Semoga Allah tidak murka atas segala keteledoranku dan kefasikanku selama ini, slalu memberikan kesempatan untuk mendapat ridho kehidupan, dan menganugerahi akhir hidup yg khusnul khotimah, amin.

oleh Ainul Huda Afandi pada 30 Desember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar