munculnya dajjal


Dimasa kecil, ada satu bayangan buruk yang kenangannya masih membekas hingga sekarang. Apa jadinya jika Tuhan menghendaki makhluk ini tiada selamanya..kita hilang secara jasad maupun ruh. Terbersit ketakutan luar biasa didalam hati saya. Tp kegalauan itu terjadi diwaktu masih kanak-kanak, saat saya memulai masa-masa mengenal banyak hal dalam kehidupan ini, termasuk diantaranya informasi yg bersifat keagamaan. Namanya juga anak-anak.

Informasi lain yg dahulu kala juga sempat diceritakan secara dramatis adalah kisah dajjal. Bagaimana sang ustadz menggambarkan sosok dajjal sebagai monster mengerikan yg akan datang diakhir zaman. Ia makhluk bermata picak, membawa surga dan neraka, dan penggambaran lain yg hiperbolik. Hingga kini, ternyata cerita itu masih menarik perhatian saya, sejauhmana keakuratan informasi dan sumber data, apakah bermakna harfiah atau sebatas simbol. Ada juga informasi lain terkait dajjal, bahwa kehadiran dajjal besar akan didahului oleh dajjal-dajjal kecil. Dan, salah satu bibit penyakit yg dibawa para dajjal kecil ini adalah maraknya fitnah.

Kita yg hidup di Indonesia entah sadar atau tidak sebenarnya sudah bisa merasakan kehadiran para dajjal kecil ini. Setidaknya itulah keyakinan saya saat ini. Fitnah yang dibungkus rekayasa dan persekongkolan dan dihembus-hembuskan sebagai fakta dan kebenaran. Secara spesifik aroma fitnah ini bolehlah kita arahkan saja pada dunia hukum dan politik. Yakinkah kita, pemimpin negara ini SBY merupakah tokoh bangsa yang bersih dan jujur. Yakinkah kita apakah keterlibatan Antasari dalam kasus pembunuhan Nasrudin adalah fakta, ataukah ia hanyalah korban fitnah dan rekayasa. Yakinkah atas semua tuduhan dan omongan Nazarudin sebagai kebenaran dan kejujuran, ataukah manusia ini telah menjadi dajjal kecil yang menghalalkan segala cara untuk memenuhi ambisi pribadi dan kelompoknya.

Pada catatan terdahulu (menjadi koruptor),  saya meyayangkan sikap diam Anas Urbaningrum dan menyarankan ia mengambil sikap keagamaan, dan pekan kemarin walau cuma sebatas lewat twitter serta memilih pendekatan cultural, Anas secara tegas menyatakan kalau benar ia menerima duit sepeserpun dari kasus wisma atlit dan hambalang, silahkan klo mau digantung di Monas. Bagi saya itu pernyataan gentle dan perlu. Pernyataan itu bukan pernyataan sembarangan tanpa resiko, itu merupakan pernyataan keyakinan pd diri sendiri sekaligus pada pihak manapun bahwa ia tidak bersalah.

Nazarudin mengaku menggelontorkan puluhan, mungkin ratusan milyar untuk berbagai kepentingan dr duit korupsi APBN. Kalaupun benar jumlah uangnya, saya tetap tidak yakin itu untuk kepentingan seseorang, terlalu berharga dan luar biasa jumlahnya bila nominal uang itu hanya dikompensasi posisi bendaraha umum partai democrat dan anggota DPR. Saya mungkin lebih percaya bahwa perusahaan yg dikelola Nazarudin sebenarnya perusahaan milik partai yg bisnis utamanya memang tidak jauh-jauh dari mafia anggaran. Memperoleh dana besar lewat cara instant.

Kalaupun semua ocehan dan tuduhan Nazarudin murni fitnah, maka bagi saya ia hanyalah dajjal kecil yang harus dilawan dan dimusnahkan. Sebab fitnah kecil yang dibiarkan merajalela hanya akan memunculkan fitnah-fitnah lain yg lebih besar. dajjal-dajjal kecil yang justru kita pelihara, kita jaga dan kita percaya, pada saatnya hanya akan dajjal besar dalam arti sesungguhnya.

Kini bergantung pada sikap kita, terjebak dalam arus gelombang fitnah atau memilih melawan, atau setidaknya menahan diri untuk tidak ikut-ikutan memperbincang sesuatu yang justru turut mengobarkan isu tidak benar yang mengarah pada fitnah.

oleh Ainul Huda Afandi pada 13 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar