GAGASAN


Saudara saya pernah memarahi anaknya, sebut saja namanya Lupi, gara2 si anak yg berusia 9 tahun itu sering 'ngawur' saat ditanya apa2 cita2nya klo kelak udah gede, "jadi pemulung.." biasanya begitu jawab Lupi ringan sembari nyengir. Orang tuanya sontak 'ngedumel' karena seperti orang tua lain tentu berharap anaknya punya cita2 yg tinggi dan prestise. Lupi adalah tipe anak yg cerdas dan aktif. Begitu aktifnya hingga saya dulu sempat curiga jangan2 anak ini hiper aktif. Bayangkan saja betapa merepotkan jika ia dan adiknya sepanjang waktu selalu bergerak kesana kemari, seperti tak mengenal lelah, selalu berceloteh dan paling hobi nimbrung gak jelas saat orang tuanya asyik ngobrol dgn org lain.

Adiknya lebih 'parah' lg, selain mudah bosan, kegemarannya jg suka aneh2, salah satunya hobi bakar2 sampah. Setelah diperhatiin lebih lama, misalnya dgn menguji aspek konsentrasi apakah ia mau mendengarkan dan menatap org yg mengajak bicara, dan memberikan mainan yg memerlukan fokus dan konsentrasi, akhirnya, saya berkesimpulan dua anak ini cuma tergolong anak aktif. Tak ada hal serius yg perlu dirisaukan. Namun, bagaimanapun deteksi dini memang diperlukan, sebab secara kasat mata ciri2 anak yg aktif dan hiper aktif agak mirip.
Saya tahu kenapa Lupi terkesan ngelantur saat ditanya cita2nya. Sekalipun tabiat dan tingkah laku Lupi masih kanak2 banget, namun secara akal dan intelegensi, anak ini termasuk cepet 'dewasa'. Mungkin ia sering mendapat pertanyaan sama soal cita2 dan karena merasa bosan, lantas Lupi asal jawab saja.

Berbeda dgn Lupi, sewaktu kecil sy sudah punya cita2 yg begitu tinggi, jd Sekjen PBB. Ada 2 peristiwa internasional kenangannya tetap melekat hingga sekarang, pertama perang Iran-Iran dan kedua perang teluk I. Sy masih terlalu kecil saat terjadinya perang Iraq-Iran, ngga paham selain tau ada perang di siaran berita RRI. Saat pecah perang teluk sy mulai agak 'ngeh', karena disekolah bersama teman2 kami sering bercerita. Hampir semuanya membela Iraq, namun sy sendiri mendukung Sekutu. Alasannya sederhana, pertama sy suka liat penampilan dan persenjataan tentara Amerika cs. yg keliatan keren dan canggih, dan kedua, sy ngga senang Irak menyerang kuwait. Semakin beranjak remaja dan mulai dikenalkan pelajaran sejarah, diantaranya ttg perang dunia II, ada situasi global yg membuat logika berfikir sy ngga sreg, salah satunya adanya hak veto yg dimiliki negara2 besar pemenang perang. Bagi sy aneh saja, perang sudah lama berlalu dan karenanya hak veto menjd tdk adil dan tdk relevan lg. Mungkin peristiwa sejarah internasional yg sering sy simak nyaris tiap hari dlm acara "Dunia dalam berita" TVRI, memberi inspirasi munculnya cita2 jd sekjen PBB itu.
Waktu dewasa kemudian tiba dan ternyata perjalanan hidup yg sy lewati tidak mengarah pd harapan dan cita2. Ada fase krusial dimana timbul banyak handicap dan kenyataan hidup yg rumit serta tak terbayangkan sebelumnya. Gagasan demi gagasan memang tumbuh subur dlm kepala, tp faktor usia kemudian menyadarkan sy untuk bersikap realistis dan berusaha meninggalkan sgala obsesi yg lebih mirip mimpi. Memang banyak kenyataan yg dibangun dr 'mimpi2', namun buat diri sy pribadi, bermimpi hanya berarti bermain ilusi. Sejak itulah, cita2 sy berubah menjd simpel, sy ingin hidup secara sederhana, beribadah secara sederhana, bekerja secara sederhana, dan pd akhirnya suatu ketika sy ingin dijemput ajal secara sederhana pula.

Memang, bagaimanapun ide, gagasan dan kemampuan akal adlah amanah Tuhan, terdapat tanggungjawab merealisasikan didalamnya. Akan tetapi kita harus ingat bahwa berpotensi tdk lantas terpilih. Dlm kontemplasi dan perenungan sy memperoleh kesadaran bahwa adakalanya gagasan dihadirkan dlm diri kita itu lebih sekedar menjd godaan ketimbang tantangan dan ujian. Mungkin lebih mirip dgn org kelaparan yg mengkhayal makan roti sementara ditangannya cuma ada singkong. Ia tak kunjung memakan singkong, karena pikirannya sibuk dgn bayangan alangkah enaknya makan roti. Ia tak kunjung sadar, bahwa perut tak bs diajak berkhayal.

Pada titik ini pula, sy memahami bahwa obsesi dlm konteks kepentingan banyak org yg terpenting bukan siapa menjd pelaksana, tp yg urgen adlah keberhasilannya. Oleh karena itu, bila ada obsesi, gagasan dan cita2 yg secara realistis susah untuk di wujudkan sendiri, tak ada cara lain yg lebih bijak selain transformasi atau berbagi ide, boleh jg misalnya dgn menyimpannya dlm bentuk tulisan. Sy percaya satu masa akan ada seseorang yg bs mengubah gagasan itu menjd kenyataan, entah disebabkan terinspirasi oleh gagasan kita, gagasan dr org lain, atau gagasan yg muncul dr dlm dirinya sendiri.

oleh Ainul Huda Afandi pada 11 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar