FUNGSI SEPEDA MOTOR


Setiap tahun moda transportasi sepeda motor menyumbang prosentase tertinggi angka kecelakaan kendaraan bermotor di tanah air. Jalanan indonesia faktanya menjadi area beresiko tinggi , buktinya kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah jantung dan stroke. Lebih dari 50 persen kecelakaan lalu lintas melibatkan kendaraan sepeda motor. Indonesia menempati peringkat kedua dunia setelah Nepal mengenai tingkat angka kematian yang diakibatkan kecelakaan lalu lintas
.
Tapi benarkah sepeda motor adalah produk teknologi yang berbahaya? Pada dasarnya setiap produk teknologi transportasi yang lazim digunakan banyak orang aman digunakan, namun sebagaimana produk teknologi lain ada situasi tertentu dimana sepeda motor rentan untuk mendatangkan kecelakaan. Jangankan motor, HP saja bisa berbahaya, bila digunakan menelpon saat hujan petir, HP juga berbahaya buat nimpuk kepala orang (ini mah ngaco..).

Saya sendiri baru bisa mengendarai sepeda motor saat menginjak SMP. Maklum saya kan manusia era 80-an, dimana sepeda motor masih jadi barang mahal yg umumnya dimiliki orang tua. Apalagi keluarga saya tinggal di pedesaan, saat jangankan anak SMP, anak-anak SMA aja kemana-mana juga banyak yg ngontel. Saya baru punya sepeda motor dgn status milik sendiri saat memasuki jenjang SLTA, maklum sekolahnya lumayan jauh. Itu pun kompensasi karena ortu ngga merestui saya lanjut ke sekolah negeri yg letaknya lebih jauh. Agaknya ortu khawatir dgn bakat bandel saya.

Sepeda motor pertama saya jauh dr kesan keren, sebuah motor jadul, orang dulu sih biasa menyebutkan si pitung. Mungkin aja motor itu terbit jauh sebelum saya sendiri lahir. Biarpun jadul tetap aja terbersit perasaan senang, maklum dari sekian banyak siswa, yg bawa motor ngga sampai 10 orang, seingat saya sih cuma 3 orang (termasuk saya). Itu momennya kelas I, kondisi naik kelas II ngga tau, karena saya memilih pindah sekolah ke metro.

Selepas SMA dan memasuki masa kuliah, cukup lama sy tak punya motor, kemana2 ngebis. Di jogja, ternyata repot klo ngga punya motor sendiri. Biarpun tinggal disana beberapa tahun, saya masih kuper tentang seluk beluk kota ini. Setelah entah semester berapa, datang kiriman motor dr sumatera, GL Pro. Saya baru tau klo dikirim motor ‘lanang’ stelah kiriman sampai, dan itu diluar ekspektasi saya. Maklum, saya ngga terbiasa mengendarai motor ‘lanang’ begini. Dulu pas zaman sekolah, sesekali pernah sih mencobanya, itupun terpaksa, ngga pake latihan lagi. Ceritanya, motor pitungnya sedang berhalangan dan yg tersedia cuma motor ‘lanang’. Daripada bolos sekolah, ya udah dicoba saja. Setelah sedikit dikasih tau aturan pakai, saya menjajal tunggangan baru make ini, ternyata susah juga. Hampir tiap belokan, mesinnya mati. Lupa narik kopling. Untungnya, bisa selamat PP.

Setelah GL Pro, motor yg berjasa mengantar saya kemana2 ku kirim ke Bekasi, sbagai gantinya, motor yg jauh lebih jelek, sebuah motor 2 tak, Suzuki Tornado. Sayang, tak seperti namanya, motorku ini ngga sanggup ngeblong alias ngebut. Ciri lainnya, anti tanjakan tinggi, tanpa rem tangan, dihiasi satu spion mungil (yg diakhir pengabdian kacanya hilang) dan hanya satu saja yg bisa dibanggakan, kepulan asapnya, sampai2 Bu Kos yg di dekat jalan Solo sering ngece, “Om huda, mbok foggingnya diganti..”, biasanya sih aku cuma tersenyum kecut aja. Lah, gimana lg org punyanya juga Cuma itu. Yg menyebalkan dr motor ini klo sedang macet, pokoknya bikin menderita. Pernah juga rem kaki-nya blong di kotagede, pulang magrib2 ke kos di dekat Jl. Solo tanpa rem sama sekali (soalnya rem tangannya memang gak ada), hebat khan bisa selamet, hehe...Momok lainnya adlah polantas, maklum setelah dipake beberapa lama stnknya mati, jangan tanya lg soal pajek segala macam, dijamin nunggak !

Dua tahun sbelum meninggalkan Jogja, aku punya tunggangan baru, si tornado terjual dgn harga murah meriah. Gantinya masih suzuki jg, smash, warnanya dominan kuning kehijau2an. Biarpun belum bisa membikin perasaan bangga, motorku yg satu ini tentu jauh lebih baik segala2nya dr tornado. Yg lebih penting jasanya, ia banyak membantuku menyelesaikan tugas merampungkan kuliah, yg sebelumnya membuat banyak org pesimis bahwa aku suatu saat bisa menambahkan titel kesarjanaan dibelakang namaku, tanks smash.

Kini stelah menyeberang ke sumatera, sbagai tunggangan rute pendek sehari2, ada supra 125. Itu sudah cukup bagiku, tak banyak keinginan misalnya punya motor yg dianggap lebih sporty dan bergengsi semacam tiger, ninja, vixion atau yg sejenisnya. Maklum, ngga masanya lagi terobsesi dgn sepeda motor, hehe..

Pengalaman mengendarai motor bertahun2, baik dijalanan kota maupun desa, membuatku memahami bahwa mengendarai sepeda motor itu sebetulnya aman2 saja. Yg bikin beresiko yg kita gunakan dipake juga oleh ribuan pengendara lain, mulai dr sesama sepeda motor, mobil, becak, bajaj, sampai para pejalan kaki, dgn perbedaan karakter, kepentingan dan tujuan serta kecakapan menggunakan moda transportasi. Setidaknya ada empat hal yg penting saat berlalu lintas, pertama kondisi kendaraan, kecakapan mengemudi, pengambilan keputusan dan pemahaman aturan tertulis-non tertulis berlalu lintas. Kondisi kendaraan penting, karena banyak kasus kecelakaan yg disebabkan kendaraan tidak layak jalan atau tidak sesuai standar, misalnya spion diganti yg kecil, ban diganti yg ukuran ceper, rem, termasuk juga performa mesin.

Motor yg digeber pelan bukan berarti lebih aman, justru terkadang motor dgn akselerasi cepat itu potensi amannya lebih besar. Cepat tentu tidak berarti ugal2an ya..Oh ya, motor dgn knalpot di blombong itu rentan jg kena musibah, mengapa? karena, suara menggerung yg memekakkan telinga akan membuat pengendaranya terstimulasi untuk melaju kencang, setidaknya penyebabnya dua, pertama, karena memang selaras dgn hasrat pamer yg punya motor (heran jg, emangnya punya knalpot begituan bisa jd jagoan, yah..), yg kedua, klo ngga ngebut bisa2 ditimpukin org. Nah, manusia yg diotaknya dipenuhi nafsu pamer umumnya ceroboh, klo udah begitu, tinggal masalah waktu saja ketiban sial.

Pengambilan keputusan adlah hal lain yg termasuk paling penting, kebanyakan kecelakaan disebabkan oleh pengambilan keputusan yg keliru. Menyalip pd posisi ditikungan adlah keputusan beresiko, karena kita tak susah memastikan ada tidak kendaraan dr arah berlawanan. Belum lama ini sy dan keluarga juga nyaris celaka dijalanan lampung, ceritanya malam itu sbelum tikungan kami bermaksud menyalip dua mobil jenis panther dan kijang yg melaju beriringan relatif pelan. Entah mengapa, dua mobil didepan kayaknya ngga suka ngasih jalan, ketika sukses melewati mobil pertama, mobil kedua justru menambah kecepatan tp tetep nanggung kecepatannya, sampai kemudian sampai ditikungan. Dari arah berlawanan muncul mobil, situasi menjd kritis karena mobil kedua ngga juga ngasih jalan masuk, ia justru menyamai kecepatan, tak cukup waktu pula masuk dibelakang mobil kedua, satu2nya pilihan dlm hitungan detik hanyalah memepetkan mobil ke mobil kedua, akibatnya jelas, nyenggol, tp dampaknya tak terlalu parah. Walaupun dua mobil itu rombongan, tampaknya mereka merasa bersalah sudah membuat situasi yg akan membahayakan keselamatan pengendara lain. Peristiwa ngga mau ngasih kesempatan seperti ini sering terjadi di jalan raya, dan itu jelas akibat keliru dlm mengambil keputusan.

 Bolehkah kita menyalip dr sisi kiri kendaraan, kecuali di tol menurut aturan sebetulnya sih ngga boleh. Tapi nyalip di sbelah kiri sebetulnya bisa jd sama aman atau sama berbahayanya dr sbelah kanan, terutama dlm situasi macet. Di Jakarta, motor menyalip dr kiri adlah fenomena yg biasa, sepanjang ada celah, pasti itu dipake sama org. Pengemudi mobil yg sudah mengerti kebiasaan ini, biasanya jg ngerti dan memilih meminimkan manuver. Menyalip tentu saja ada etikanya, ngga sekedar tarik gas doang. Sebaiknya hindari menyalip mobil saat diarah berlawanan sedang melaju kendaraan lain, walaupun cuma motor atau sepeda ontel. Menahan diri sebentar itu lebih baik, drpada kemrungsung (gak sabaran). Khawatirnya klo mobil yg disalip goyang, atau kendaraan dr arah depan melaju terlalu dekat, atau justru terjatuh, bisa ketiban sial kita. Jangan lupakan pula, membiasakan diri menyalip dgn menghidupkan sign kanan, walaupun kita cuma naik motor. Sign itu punya banyak arti, ngga sekedar buat penanda mau belok saja, tp bisa sbagai tanda mendahului, jangan didahului, atau supaya kendaraan dr depan jarak jarak, tidak melewati batas tengah jalan.

Klo sedang disalip, maka lihat selalu situasinya, klo aman buat yg mau nyalip, maka etikanya, stabilkan kendaraan dan kecepatan. Kalau dr arah berlawanan, agak jauh ada kendaraan, sebaiknya kurangi kecepatan, kasih kesempatan. Tapi bila dr arah berlawanan muncul kendaraan dgn kecepatan tinggi, kita justru harus menambah kecepatan dan kasih sign kanan dgn maksud “tunggu, jng dulu menyalip”. Khawatirnya mobil yg dibelakang tidk punya cukup kecepatan untuk mendahului yg justru bisa membuat situasi menjd fatal.

 Itulah mengapa perlu kesadaran bersama untuk memahami aturan dan etika berlalu lintas, baik aturan tertulis maupun tak tertulis. Banyak pengemudi yg kadang ngga paham soal ini, bahkan untuk sekdar aturan membunyikan klakson pun seringkali sembarangan. Memang tidak ada aturan bagaimana seharusnya membunyikan klakson, tp dikalangan driver sejati, berapa kali klakson itu ada tandanya, satu kali pendek, dua kali pendek, satu kali panjang, semua bergantung situasinya. Misalnya, ketika kita menyalip dan kendaraan didepan ngasih jln, bunyikan klakson satu kali pendek tanda terima kasih. Hindari membunyikan klakson dimalam hari, kecuali situasi darurat (terutama waktu menyalip bis). Begitu pula aturan dan etika menghidupkan lampu jauh, tidak semaunya sendiri. Penggunaan perangkat seperti lampu dan klakson yg tidak tepat akan mudah memancing emosi dan perselisihan. Kabarnya di inggris, klakson sangat jarang dibunyikan, karena memang lalu lintas tidak sepadat di kota2 besar indonesia, namun yg jelas, mereka paham kapan waktu tepat.    

Tingginya angka kecelakaan lalu lintas akan tetap jd fenomena di setiap tahunnya, resiko teknologi, karena teknologi memang selalu punya sisi negatif, selalu ada pihak yg menjadi korban. Kalaupun meningkat, selama angka tidak melonjak tajam, maka realitas ini wajar2 saja, karena faktor pertumbuhan jumlah penduduk dan jumlah kendaraan yg juga semakin meningkat. Kunci menekan angka kecelakaan sederhana, namun implementasinya susah, yaitu taat pada aturan dan etika berlalu lintas, klo masih celaka juga, yah itu nasib namanya.

oleh Ainul Huda Afandi pada 26 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar