MUSUH


Aktifitas hari ini cukup menguras energi, maklum cuaca sedang kurang bersahabat, panas dan lembab..kerasa gerah mulai siang hingga malam hari. Mendung memang mulai tampak menggelayut, tapi bulan penghujan agaknya belum dekat. Menjelang sore td, sempat pula sy tidur-tiduran..dan akhirnya tidur beneran. Bangun tidur kok rasanya berat sekali..benar juga petuah para orang tua, ojo turu sore2..marakke stres. Tiba2 aku merasakan tubuh ini sedikit menghangat, pertanda masuk angin kayaknya. Gejala seperti ini sudah sngat ku hafal, biasalah..pelanggan sakit meriang. Penyakit bulanan yg sekitar 8 tahun lalu membuatku harus mengunjungi dokter praktek [beh..udah lama sekali. Itupun dipaksa temen akibat lebih dr seminggu terkapar tak berdaya, waktu itu masih tinggal dijawa].

Supaya meriangku ngga tambah parah segera ku ambil obat andalan, Parasetamol. Seumur hidup, mungkin sudah ratusan tablet ku telan. Efek samping jangka panjang sebetulnya ngga baik buat kesehatan klo mengkonsumsi secara berlebihan, tp mau apa lagi, seperti kata iklan..sudah tradisi. Meriang memang jd musuh utama kesehatanku, selain tentunya tortikolis. Tortikolis atau dlm istilah yg lebih familiar, tengeng adlah penyakit kronis yg jg udah lama kuderita. Seringkali kambuh waktu cuaca terasa dingin bgt. Lagi2 ini penyakit bawaan dr jawa. Waktu itu ceritanya, aku masih tinggal disebuah pesantren. Layaknya pesantren semi tradisional lain yg minim fasilitas, disitu kebanyakan santri ngga punya bantal buat tidur. Malas jg mau beli klo sebentar saja dah jd milik publik. Saat itu, kebetulan aku turut mengelola perpustakaan pondok dan cukup sering tidur didalam ruang perpustakaan. Lebih tenang, tanpa perlu khawatir berdesak-desakkan, singkat kata itulah ruangan paling nyaman buat tidur di pondok. Namun kelirunya, karena normalnya tetap butuh alas kepala, akhirnya aku terpaksa biasa tidur berbantal beberapa bundel jilidan majalah. Begitulah yg terjd hampir setiap hari, sampai kemudian muncul problem diarea pundak dan leher.

Terkadang sempat terfikir jg buat konsultasi ke dokter, tp dr hasil baca2, kemungkinan paling realistis penanganan medis ya lewat operasi, jadinya..mikir2 lg..

Yah, coz td mikir klo meriang itu musuh buat kesehatanku, akhirnya jd pengen bikin catatan tentang musuh. Tp, bukan berarti saat ini aku sedang punya musuh dlm arti orang ya..sudah cukup lama saya merasa tdk punya musuh, klo pun iya mungkin sebatas ketidaksukaan, itu aja. Karena pd dasarnya, sy memang bukan tipikal org yg gemar mencari masalah dgn seseorang secara pribadi. Sy tak ingat kpn terakhir kali pernah berkelahi, satu2nya kontak fisik yg masih terkenang adalah kala mengeroyok seorang teman sekelas semasa SD yg menakali teman lain, sampai kemudian ia menangis, mengadu guru dan kami semua mendapatkan hukuman. Tp setelah kejadian itu, kami tetap bersahabat hingga akhirnya kami terpisah oleh jarak dan kesempatan untuk bertemu.

Begitu pula waktu SMP dan SMA. Saya termasuk golongan good boy. Bahkan dulu menjelang lulus saat temen2 sekolah semasa SMA terlibat tawuran, berbekal senjata tajam menyerbu ke suatu perkampungan didaerah lampung sy ngga turut serta sekalipun malam hari sebelumnya udah tau ada rencana begitu. Emang, klo ngga salah sebagai solidaritas ikut pula ngasih iuran biaya nyewa truk Fuso buat nganter anak2 ke lokasi. Barulah, esok siangnya sy bersyukur tlah memilih keputusan yg tepat, anak2 sekolahku pulang tawuran dgn membawa kekalahan yg lumayan telak, beberapa diantaranya terkena luka bacok, bahkan ada yg sampai tangannya putus. Terlalu nekat sih, mentang2 ada ekskul pagar nusa dan diajari tenaga dalam jd terlalu kepedean. Tp, namanya jg anak masih abg, lebih suka terbawa emosi ketimbang berusaha menahan diri. Peristiwa itu membuat repot banyak pihak, lalu sekompi polisi datang mengamankan karena ada isu serangan balasan, dan tak lama setelahnya sekolah pun membatalkan rencana study tour kami ke jogja..tp, bagiku ngga terlalu menyesal sih krn akhirnya sy bs mencicipi kehidupan dikota ini, lumayan lama.

Kehidupan selepas Abg di jawa ternyata lebih rumit dan tiba2 suatu waktu sy merasa punya satu dua org yg memusuhi sy, baik secara terang2an maupun sekedar dlm hati. Mungkin latarbelakangnya bukanlah masalah pribadi, tp tetap saja rasanya sama, ngga enak. Lalu sesekali muncul momen2 merasa disakiti, namun sy lebih memilih tak meladeni sejauh tdk berupa serangan fisik. Bagaimanapun situasi seperti ini kadang membingungkan, tak habis pikir dan lalu berfikir mungkin berpindah tempat tinggal adalah solusinya. Namun, sy paling tidak suka meninggalkan suatu tempat dgn menyisakan kenyataan adanya org yg tidak menyukai saya. Sehingga setiap kali bertemu org2 seperti itu, sy akan bersikap normal, sewajarnya karena pd awalnya sy memang tak pernah bermaksud memusuhinya. Walau benar bila kemudian memilih mengambil jarak. Sebab, betapa tdk nyamannya berdekatan dgn seseorang yg kita tau ia menyimpan rasa permusuhan dgn kita. Dlm hidup sy selalu berharap maaf dr org lain, karena kita adlah manusia, demikian pula sebaliknya, sy tipikal org yg slalu berusaha memaafkan seseorang tanpa org itu perlu meminta maaf.

Memiliki musuh adlah situasi yg amat manusiawi. Jangan kita, org sebaik Rosulullah pun punya musuh. Tp, tentu tdk sembarang musuh. Alangkah tidak baiknya karena perselisihan, konflik dan perbedaan karakter lantas menjdikan teman, tetangga, sanak saudara sbagai musuh. Prinsipnya, tdk mengapa jika ada yg memusuhi kita, sepanjang kita tidak pernah menganggap mereka sbagai musuh. Sebab, satu2nya makhluk yg pantas dijadikan musuh adlah syetan karena syetanlah penyebab dan sumber munculnya permusuhan. Semoga kita tdk termasuk diantara para pengikut syetan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar