PLN, PERUSAHAAN LETOY NEGARA


Sudah sekitar 5 tahun ini kawasan Belitang dan sekitarnya mengalami perkembangan pesat. Berkah dr pemekaran kabupaten OKU menjd 3 kabupaten. Bagi org asli sini yg sudah tinggal puluhan tahun, sgala perubahan itu mungkin tak begitu disadari. Tp, sebagai org yg banyak menghabiskan waktu diluar OKU Timur, sy termasuk yg merasa takjub [biasa aja kalee..hehe]. Dulu setiap pulang kampung dr Metro atau jawa perjalanan menuju belitang adlah saat2 membosankan, apalagi bila ditempuh malam hari. Tak ada kesan apapun selain perjalanan yg demikian panjang dan melelahkan, lebih banyak melewati keheningan dan kegelapan. Sampai kemudian sy pernah ngomong ngga bakal mau tinggal dibelitang.

Dunia kemudian berubah. Kebijakan pemekaran daerah terlepas dr berbagai permasalahan yg menyertainya membawa keuntungan bg pertumbuhan infrastruktur dan geliat ekonomi. Dulu melewati lintas tengah sumatra di Lampung yg kelihatan rame mungkin cuma sekitar, Bandar Lampung dan Bandar jaya, tp sekarang Kotabumi pun sudah menampakkan diri layaknya kota dlm wujud sebenarnya. Begitu pula dgn daerahku sendiri, OKU Timur. Yg membanggakan, ibukotanya, Martapura terpilih sbagai daerah dgn penataan kota terbaik di sumatera. Tp sebetulnya heran jg sih, gimana sih kriteria penilaiannya, sbab kok rasanya biasa2 aja..

Kini, puas tdk puas, aku tlah tinggal di Belitang [belum tau jg untuk sementara, atau dlm jangka waktu lama]. Pertimbangan utamanya adlah keberadaan orang tua. Sekitar 13 tahun sudah, terbiasa tinggal jauh dr keluarga. Banyak momen2 penting terlewatkan, dan karena itu pula akhirnya kuputuskan untuk tinggal berdekatan dgn org tua. Setidaknya memanfaatkan sedikit kesempatan berbakti pd mereka.

Untungnya, hidup di Belitang kini jauh lebih mudah dr sisi fasilitas dan infrastruktur layanan publik. Klo pun ada 2 hal tak mengenakkan yg hingga kini masih terasa, itu berupa jalan dan listrik. Jangankan jalan2 menuju pedesaan, jalan Raya belitang yg merupakan jalan utama yg menghubungkan Martapura-Belitang kondisinya masih begitu2 saja. Memang tdk bener2 parah, tp penuh tambalan, dan biasanya baru diperbaiki menjelang lebaran [ngga tau apa pejabat terkait kebanyakan makan aspal kali ya..hehe sorry klo suudzon]. Coz banyak kasus kecelakaan tunggal yg membawa korban akibat keadaan permukaan jalan yg buruk.

Problem kedua, ini yg paling menyebalkan adlah listrik yg sering byar pet. Akhir2 ini nyaris terjd setiap hari dan bs 2berlangsung berkali2. Parahnya, teknisi PLN sepertinya tak pernah mau peduli nasib peralatan elektronik milik warga. Bukan soal pemadamannya, tp kode yg diberikan sbagai pertanda pemadaman bakal berlangsung lama yg bikin peralatan listrik tak awet. Kode itu biasanya dgn cara menghidupkan listrik sebentar, hanya beberapa detik kemudian dimatikan lg.

Sudah capek klo mau mengeluh. Tak ada gunanya jg mendemo kantor PLN. Kebanyakan alasan. Mau apalagi, tak cukup tersedia pilihan2 lain, negara sudah memberikan hak monopoli listrik publik pd PLN. Klo bagi saya sih yg menjengkelkan bukan pemadamannya [toh bs digantikan genset], tp tidak adanya pemberitahuan kpn dilakukan pemadaman, atas alasan apa dan terjd berapa lama. Klo misalnya ada pemberitahuan tentu warga bs lebih dulu mempersiapkan diri. Itu bentuk pertanggungjawaban pd konsumen. Semua perusahaan layanan publik kan biasanya dan seharusnya begitu. Klo emang punya komitmen, ngga susah2 amat berbagi informasi, misalnya lewat koran lokal, OKU Timur Post, lewat takmir2 masjid atau kerjasama dgn operator telekomunikasi. Banyak cara.

Tp begitulah dlm hidup, slalu ada ketidakpuasan. Semakin banyak yg kita miliki, maka semakin banyak pula potensi masalahnya. Dulu sebelum PLN ada, kehidupan justru terasa lebih teratur dan tenteram. Begitu ada listrik, hidup memang lebih menyenangkan, tp akibatnya ketika kebiasaan menikmati arus listrik terganggu, maka terganggu pula stabilitas emosi kita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar