SYUKURILAH


Sedari kecil, pd org lain sy lebih sering diperkenalkan sbagai anak bungsu dr 4 bersaudara. Tp, mungkin org tua kala itu sedang alpa bahwa aku bukanlah putera termuda mereka. Iya, aku punya seorang adik laki-laki yg sayangnya tak berumur panjang. Waktu itu aku baru berumur 5 tahun dan sedikit kenyataan memalukan karena sampai ibuku melahirkan anak kelimanya, aku ternyata masih 'ngempeng' [menyusu]. Lamat2 masih ku ingat, ibuku sebenarnya sudah berusaha keras menyapih, tp hampir tak pernah sukses. Sampai kemudian beliau mengandung sang adik. Jauh2 hari beliau mempersiapkan sgala sesuatu menyangkut keperluan bayi. Tp, apamau dikata Tuhan punya kehendak berbeda.

Tak lama, hanya berselang dua hari saja dr kelahiran si adik, kami dipisahkan oleh kematian. Kondisi anak bungsu ini memang kurang sehat dan sewaktu masih dirawat ditempat bidan ia memerlukan penanganan khusus, sampai kemudian riwayatnya segera diakhiri. Bagiku waktu itu sih rasanya biasa aja, terlampau kecil untuk turut merasakan kesedihan org2 dewasa. Si adik tak sempat diberi nama, dan karena begitu singkat hidupnya, kehadiran si adik lambat laun nyaris terlupakan. Barulah, saat aku mulai beranjak besar ada semacam kerinduan untuk punya adik, terbersit pula sedikit perasaan iri melihat teman2 lain sedang 'momong' adiknya.

Sekalipun sebatas mimpi, aku tak pernah melihat sosok si adik lg. Justru belum lama ini tetangga kami yg 'melihat'nya. Menurut cerita Bapak itu, ia bermimpi berjumpa dgn seorang pemuda berparas ganteng yg menanyakan alamat rumah ibuku, ketika ditanyakan "anda ini siapa", org itu menjawab, "saya ini puteranya.", Begitu bangun tidur, kata Bapak tetangga kami itu, entah mengapa ia merasa deg2an. Mungkin jg karena ia tahu anggota terkecil keluarga kami telah lama tiada. Dari ceritanya, agaknya benar kata guruku yg menyebutkan kalau anak yg meninggal saat masih kecil itu "bonus penyelamat di akhirat" buat org tuanya. Entahlah.

Dahulu, aku adakalanya sempat berfikir betapa beruntungnya adikku itu. Muncul sebentar sbagai manusia, lalu cepat pergi dr dunia fana ini dgn jaminan masuk surga. Sementara kita harus sekian lama berjuang melewati pertempuran melawan syetan dan menjalani hidup dgn lika-liku ujian. Tp kemudian sy tersadar, bahwa kematian dlm usia berapapun tdk disandarkan pd keinginan manusia, tp murni kehendak Tuhan. Toh, bila direnungkan lebih jauh, tentu aku dan manusia lain yg mendapatkan banyak kesempatan menjalani kehidupan justru lebih beruntung dibandingkan anak manusia yg meninggal diusia muda. Sebab hidup berarti peluang mengumpulkan simpanan tabungan amal kebajikan yg barulah akan kita nikmati setelah kita mati. Apakah tdk lebih membahagiakan jika tempat tinggal dan fasilitas surga yg dijanjikan Tuhan lebih berlimpah. Tentu saja bila kita diperkenankan Tuhan untuk memasukinya. Didunia inipun kita tau, tinggal diperumahan elit tentu lebih menawarkan ketentraman dan kesenangan dibanding perumahan biasa.

Apapun yg terjd dlm hidup harus disyukuri. Rasa syukur yg didasarkan atas kesadaran dan tidak semata disebabkan ingatan bilangan jumlah rezeki dan nasib baik atau buruk yg kita terima. Kita lebih beruntung dr Gayus Tambunan atau Nazarudin yg kaya raya diusia muda namun harus menanggung beban masalah yg sungguh tdk mudah.

Tadi pagi sy membuka file video konflik poso yg tadinya tersimpan dlm laptop teman. Ini video lama yg sebetulnya dr dulu bs sy perkirakan seperti apa isinya. Cuma sy emang sengaja ngga mau lihat. Sy tipe org yg tdk kuat melihat kenyataan yg mengerikan. Bahkan beberapa waktu lalu kebetulan menyaksikan dua anak abg meninggal akibat ditabrak bis, terkapar ditengah jalan dlm kondisi mata terbelalak sdh membuat sy sulit tidur.

Begitu video konflik Poso itu sy buka, isinya memang bakal mengganggu nafsu makan. Hampir seluruhnya adegan pembantaian sadis dan tak manusiawi. Tak sampai selesai segera ku tutup dan ku delet video konflik poso td. Menghindari tontonan kekerasan itu perlu supaya kita tdk terpengaruh karenanya. Tp, video td jg membangkitkan rasa bersyukurku, bahwa betapa beruntungnya kita tidk berada dlm situasi konflik seperti itu. Konflik yg akhirnya terkadang hanya menawarkan dua pilihan untuk berjuang mempertahankan hidup, ikut membunuh atau terpaksa terbunuh. Betapa beruntungnya kita saat ini tinggal dinegara yg secara umum damai, tdk seperti Palestina yg berpuluh2 tahun terkekang dlm penjajahan, tdk seperti Libya, Iraq dan Afganistan yg dihantui perang saudara, tdk seperti somalia dan sejumlah negara afrika lainnya yg harus menderita dlm kelaparan dan penderitaan hidup yg tiada tara. Atas sgala keberuntungan yg kita peroleh selama ini, rasanya tiada kalimat yg lebih indah selain berucap syukur alhamdulillah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar