BIARKAN KAMI IKUT MENIKMATI


Sebetulnya, tempat tinggal saya ngga ndeso 2 banget..jalan raya deket rumah walau bukan jalan lintas sumatera, namun termasuk jln dgn lalu lintas relatif padat, boleh dibilang belitang adalah sedikit kecamatan diindonesia yg trayek bisnya terbilang 'nekat' [klo bus sih wajar2 aja trayek jauh], kebanyakan trayek belitang-jakarta, bahkan beberapa diantaranya belitang-solo. Fasilitas publik jg mencukupi, misalnya dlm radius 200 meter dr rumah ada pasar tradisional, 2 indomaret dan 2 alfamaret, di kecamatan belitang ada 3 rumah sakit, 2 perguruan tinggi, belasan warnet, lapangan futsal, wisata air [bahkan di OKU Timur dlm waktu dekat akan memiliki taman wisata frency dan water boom seluas 10 hektar, memakan biaya sekitar 15 milyar] serta sejumlah indikator infastruktur lain yg menunjukkan daerah ini mulai berkembang menjd kawasan perkotaan.

Sy jg bukan termasuk wong nggunung, karena emang belitang merupakan wilayah dataran. Tp sayang, seperti halnya mayoritas warga indonesia diluar jawa, hingga hari ini kami tak bisa leluasa mengakses TV secara terestrial [pake antena uhf]. Itu karena lokasi pemancar adanya diibukota propinsi dan OKU Timur berjarak sekitar 130 KM dr palembang.

Agar tetap bs nonton tv, kami akhirnya menggunakan parabola. Biaya yg diperlukan jelas meningkat dr pd sekedar pake antena uhf, tp tak lg jd problem berarti karena gambar yg dihasilkan memang lebih jernih, termasuk pula kami bs mengakses tv2 FTA [tak berbayar] dr luar negeri. Masalah baru muncul saat pengguna parabola ingin menonton siaran bola, karena beberapa stasiun tv nasional senang sekali mengacak siaran terutama saat berlangsung pertandingan liga inggris atau piala dunia, terakhir sctv pun ikut2an mengacak siaran bola yg mempertandingkan timnas indonesia. Sy dikit2 paham kenapa Global TV sama MNC tv mengacak siarannya, sebab mereka punya indovision [tv berlangganan], dan ada aturan kontrak bahwa pemegang hak siar disuatu negara harus memilih apakah menyiarkan EPL secara FTA [gratisan] atau berbayar saja, tp tetap sja mengherankan kenapa kok RCTI yg jg milik MNC group ternyata berbaik hati ngga pernah mengacak siarannya [terutama liga champion].

Sehingga bagi kami, tak ada jln lain agar tetap bs nontn bola, selain hunting tv luar negeri yg juga menyiarkan liga inggris tanpa khawatir diacak, misalnya tv2 thailand atau vietnam, tp pastinya ribet bgt. Pernah sih mencoba memakai antena uhf, tp kualitas gambarnya parah , banyak semutnya..itupun setelah tiang antena diputar2 sampai ngos2an, lalu ganti sama antena yg pake remot control, ah ngga sukses juga, TV yg dicari2 tak kunjung nongol, mungkin tiangnya kurang tinggi sampai mentok maksimal 15 meter, mungkin antenanya kurang bagus, mestinya yg paling mahal, atau mungkin emang gelombang dr stasiun pemancarnnya ngga stabil...

Stasiun tv jelas punya hak untuk mengacak siaran, klo emang alasannya adlah pure bisnis semata. Tp bila kepentingannya adlah dunia sepak bola di tanah air, tentu seyogyanya mereka mampu lebih bijak. Tontonan bola punya pengaruh besar terhadap minat dan gairah anak2 muda untuk menggeluti olahraga ini, setidaknya sebagai hobi atau sekedar bahan obrolan. SCTV lebih bikin dongkol karena siaran yg mereka acak adlah pertandingan timnas indonesia, lah..bisnis ya bisnis, tp mbok ya o tetep nasionalis. Sudah gitu, kemarin pas laga timnas indonesia vs Iran, SCTV ngacaknya nanggung lg, disuguhi suara, tp gambarnya ngga ada, persis kayak denger radio..pancen njengkelake tenan...[jdnya, sebodho amat deh ama timnas indonesia, toh itu kan emang maunya pengurus PSSI yg semena2 mengalihkan hak siar pd SCTV]

Barangkali sama ironisnya dgn even sea games yg rencanya tahun ini digelar di palembang sbagai tuan rumah utama. Konon, dengar2 sih MNC group dah punya hak siarnya, dan itu artinya sebagian besar warga sum-sel selaku tuan rumah justru tak bs menyaksikan even olahraga terbesar di asia tenggara lewat tv, pertama karena biasanya global dan mnc tv selalu mengacak tayangan sport, kedua, umumnya warga sum-sel adlah pengguna parabola. Aneh.

Terlalu serius klo menggugat pemerintah membiarkan adanya diskriminasi terhadap tontonan publik lewat tv [coz pemerintah udah kebanyakan dpat gugatan], tp pemerintah sebetulnya bs turun tangan membantu, misalnya dgn mendorong pemerintah daerah agar membangun stasiun relay, karena manfaatnya banyak sekali. Warga akan leluasa menaruh tv dimana aja, di gardu ronda, balai RW, warung2 dan pertokoan, karena biayanya tak terlalu mahal, cukup tv dan antena uhf sratus ribuan. Pasti akan ada peningkatan aktifitas ekonomi.

Klo pun tidak, ya udah pasrah aja. Mungkin sudah resiko jd penduduk indonesia, bahwa kue pembangunan tak pernah dirasakan secara merata sejak indonesia merdeka. Satu perjuangan tp tak senasib, satu identitas kewarganegaraan tp beda perlakuan. Pengalaman hidup diindonesia seperti inilah yg kemudian membuat sy mafhum ketika muncul aktifitas separatis yg tak kunjung reda disejumlah daerah. Ketika mereka kehilangan kesabaran dan harapan, bahwa negara kesatuan republik indonesia mampu memberikan optimisme akan kehidupan yg mensejahterakan dan membahagiakan..nonton acara bola di tv yg sudah jd salah satu sumber kebahagiaan bg sebagian warga indonesia..jd, biarkanlah kami semua ikut menikmatinya.

oleh Ainul Huda Afandi pada 6 September 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar