KURSI, KARPET, TOILET…


Dimasa lalu, seperti halnya anak2 lain..Tayangan televisi punya pengaruh besar terhadap perkembangan saya sebagai individu. Berita2 TV pula yg dulu memunculkan banyak obsesi dan ambisi, pengen jadi jenderal, pengen jadi presiden, pengen jadi sekjen PBB..dan semua cita2 yang bernuansa kepemimpinan. Secara potensi, semua cita2 itu bukan hal yg berlebihan. Namun, kenyataan membutuhkan keharmonisan antara jalan pikiran, tekad dan tindakan. Pada akhirnya saya harus melupakan segala obsesi dimasa lalu, karena semakin bertambah usia, bagi saya semua itu menjadi tak realistis lagi. Sekalipun saya percaya, dalam hidup selalu terbuka segala kemungkinan.

Sejauh ini saya menikmati hidup ini apaadanya, mensyukuri apa yg telah kita terima karena kita tahu, sekalipun banyak orang nasibnya lebih beruntung, namun tak sedikit takdir orang lain yg lebih buruk dr apa yg pernah dan sedang kita alami.

Sampai sekarang hobi saya menonton berita masih terjaga, tayangan yg selalu saya sukai selain pertandingan sepak bola tentunya. Menonton berita memberikan banyak informasi, setidaknya untuk kepentingan komunikasi pergaulan. Walau pun sebenarnya saya cukup kecewa dgn berita2 politik yg cenderung dominan, selain peristiwa2 hukum yang seolah tak ada hentinya. Berita2 politik kenegaraan yg penuh polemik sebenarnya banyak membawa efek negatif karena akan mereduksi semangat nasionalisme kita sebagai bangsa. Kita semakin hari semakin kehilangan kebanggaan dan harapan tentang masa depan negara Indonesia sebagai pelindung kepentingan rakyat, kepentingan meraih kesejahteraan ekonomi, keadilan, dan nuansa keberagamaan yg religius penuh toleransi.

Salah satu berita yg membuat kita jenuh adalah perilaku org2 di lembaga tinggi negara, DPR yg setelah gagal menge-golkan proyek pembangunan gedung baru DPR lalu mencari pelampiasan berupa pengadaan proyek2 ngga penting yg nilai proyeknya mencapai puluhan miliar. Setelah diam2 merenovasi ruangan rapat Banggar, membuat parkir ekstra luas, lapangan futsal, suplemen, unsur Badan Rumah Tangga DPR menetapkan anggaran lain dgn dalih kesepakatan seluruh fraksi untuk mengganti karpet ruangan rapat dgn karpet impor biar terkesan ekslusif, kursinya juga impor, harganya pun gila2an, masing2 21 juta. Pertanyaan kita, kenapa sih harus yg mahal, lha wong di jogja org2 yg duduk di warung2 kopi atau di angkringan yg notabene hanya terbuat dari kayu atau bamboo bisa betah duduk berjam2. Emang seberapa istimewa sih pantatnya anggota DPR itu dibandingkan bokongnya masyarakat kebanyakan.

Ternyata ngga cukup dgn kursi mewah, ternyata badan anggaran DPR juga mengalokasikan duit negara buat beli mesin foto copy yg harga milyaran. Lah, emang mau beli berapa puluh mesin foto copy sih kok biayanya semaunya gitu..lalu anggaran parfum ruangan yg nilainya 1,59 miliar. Emang parfumnya merk apaan sih..kenapa juga dikasih parfum segala org anggota DPR kan mestinya udah pada wangi2..Ada juga anggaran membuat kalender 2012 senilai 1,3 miliar, makan rusa2 yg ada disekitar gedung DPR senilai 598 juta..yg bikin rincian anggaran kayaknya butuh dokter..emangnya rusa2 sekarang ngga doyan rumput lagi toh, maunya steak begitu ?? Lagi pula buat apa sih melihara rusa segala, klo emang penyayang binatang ya udah mendingan bikin kantor aja di ragunan, di kebon binatang. Mereka, anggota DPR kan tugas utamanya memelihara dan mengelola kepentingan manusia, bukan kepentingan hewan.

Keserakahan memang mudah membuat manusia 'lupa daratan', mentang2 punya kewenangan mengelola duit negara, terus mencari celah gimana dapat duit sebanyak2nya. Sialnya, dizaman sekarang ini susah merahasiakan sesuatu, apalagi digedung DPR yg tengah mendapat sorotan public karena banyaknya praktek mafia anggaran dan kebiasaan mark up.

Bila DPR tidak segera berbenah, maka demokrasi yg selalu didewa-dewakan itu akan mendapat tamparan keras di pemilu 2014. Tinggal lihat saja berapa prosentase partisipasi rakyat dalam memilih calon wakil rakyat, besar kemungkinan tak ada partai yg menang, juaranya nanti partai Golput Nasional Demokrat. Ketika popularitas demokrasi mencapai titik nadzir, maka muncul banyak kemungkinan terburuk. Tak baik bagi eksistensi kita sebagai bangsa Indonesia, tp mungkin itulah yg terbaik demi kepentingan kita sebagai umat manusia.

oleh Ainul Huda Afandi pada 30 Januari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar